tag:blogger.com,1999:blog-76255909050617789682024-02-08T09:51:38.297+07:00From Me To Yousebut saja amiwamiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.comBlogger65125tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-8988709757380786692010-04-27T11:27:00.000+07:002010-04-27T11:28:24.688+07:00Perlu identifikasi sejak dini untuk mengetahui permasalahan dan merumuskan penanganan yang tepat bagi anak berkebutuhan khusus.<p align="justify">Anak dengan kebutuhan khusus atau special needs adalah anak yang mengalami keterbatasan atau ketidakmampuan secara fisik, psikis, atau sosial seperti autisme, down syndrome, learning disability dan sebagainya. Sehingga interaksi anak dengan lingkungan terbatas atau bahkan tidak mampu. Masing-masing anak mempunyai ciri-ciri mental,fisik, sosial, dan komunikasi yang berbeda dengan rata-rata anak yang lain. Hal penting yang perlu dilakukan oran tua adalah melakukan identifikasi sejak dini agar dapat dilakukan penanganan yang tepat sejak anak usia dini.</p> <div align="justify">Menurut Drs. Tuharto, Kepala Sekolah Dasar Terpadu Spectrum, sangatlah penting bagi orang tua untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi anak. “Orang tua jangan sampai terlambat mengidentifikasi permasalahan anak, sehingga tidak tejadi kesalahan dalam proses penanganan,” jelas Tuharto. Proses identifikasi bisa dilakukan dengan bantuan psikolog dan dokter. Bagi Anda, orang tua yang mempunyai anak dengan kebutuhan khusus tidak perlu berkecil hati karena sekarang ini, sudah banyak tersedia terapi-terapi dan sekolah untuk anak dengan kebutuhan khusus (special needs school) sehingga anak dengan kebutuhan khusus ini bisa mendapatkan pendidikan yang layak.<br /><br />Fanny Erla Zuhana, Psikolog yang juga Manager Bougenville Therapy dan Child Development Center, menjelaskan bahwa anak dengan kebutuhan khusus ini memerlukan penanganan yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan permasalahan yang dihadapi anak. “Dalam pendidikan pun, kurikulum yang disusun harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak,” ungkap Erla. Kurikulum pendidikan di sekolah khusus merupakan gabungan antara kurikulim dari Dinas Pendidikan yang digabung dengan kurikulum pendidikan khusus. “Untuk akademiknya, kami menggunakan kurikulum dari Diknas,” ujar Rika Andadari, Kepala Sekolah Special Needs School Bougenville. Kurikulum yang diterapkan lebih diarahkan ke pengembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak dan kemampuan yang dibutuhkan anak seperti kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi serta kemandirian anak.<br /><br />Hal senada juga diakui oleh Tuharto. Menurutnya, kurikulum sekolah khusus yang di terapkan di Spectrum mengkombinasikan kurikulum Diknas dan kurikulum khusus. “Masing-masing anak mempunyai lembar kerja atau kegiatan yang berbeda sesuai dengan kemampuannya sendiri,”. Tapi diharapkan semua anak dapat mencapai apa yang disebut kurikulum reguler atau Class Education Program (CEP). “Metode pendidikan didasari oleh kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki setiap anak, sehingga perlu rencana program yang berbeda bagi setiap anak,” tambah Tuharto. Metode yang paling sering digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan dan pemahaman terhadap anak.<br /><br />Pada umumnya sebelum masuk ke sekolah khusus, anak akan menjalani assessment terlebih dahulu. Tujuannya,untuk mempersiapkan anak dengan kebutuhan khusus untuk masuk sekolah baik dari sisi kemandirian, emosi maupun akademis. Dan diharapkan anak akan lebih mandiri dan mudah untuk menerima pelajaran di kelas serta kemampuan sosialisasinya akan meningkat. Anak dengan kebutuhan khusus biasanya mempunyai kelebihan di bidang tertentu misalnya melukis,menari,memasak,bermain gamelan/musik dan lain-lain. Di sekolah khusus, kemampuan seperti ini akan lebih digali, diarahkan dan dikembangkan. Tersedianya kegiatan ekstrakurikuler diharapkan akan dapat mengakomodasi kebutuhan dan bakat yang dimiliki anak.</div><div align="justify"> </div><strong>Reportase : BAE/IS<br /><br /><br />sumber : <a href="http://www.kematian.biz/article/education/pendidikan-untuk-anak-dengan-kebutuhan-khusus.html">klik</a><br /></strong>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-476434663813144502010-04-27T10:24:00.000+07:002010-04-27T10:50:29.678+07:00Dampak Sosial dan Dampak Pendidikan Anak ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)<strong>Oleh: Yossy Srianita, Praktisi dan Pemerhati Pendidikan PAUD. Konsultan di Sekolah Alam dan Sains Aljannah Islamic Fullday School Cibubur, Jakarta<br /><br /><br /></strong><p style="text-align: left;">Pendidikan yang bermutu mampu memberi konstribusi untuk anak-anak berkebutuhan khusus dalam mendapatkan layanan pendidikan yang layak seperti anak-anak typical pada umumnya. Secara nasional maupun internasioanl, saat ini pemerintahan sudah membuat aturan dan perundangan-undangan tentang Anak Berkebutuhan khusus, untuk mendapatkan hak pendidikan yang sama dengan anak-anak diseluruh dunia. Tentu saja dalam memberikan pelayanan, perawatan dan pendidikan ABK tidaklah semudah yang dibayangkan. Hal ini memerlukan keterlibatan, keluarga sebagai pusat pelayanan anak, guru, tenaga kependidikan dan professional. Bermula dari lingkungan keluarga, anak-anak berkebutuhan khusus tentu mendapatkan perhatian lebih. Pertanyaan kita, apakah keluarga cukup mampu berperan secara optimal dalam memenuhi kebutuhan ABK. Salah satu contoh kebutuhan khusus AUTIS. Sebelum masuk ke wilayah treatment diluar keluarga, ABK “jenis apapun” tentunya mengalami dampak psiko-sosial dan dampak pendidikan baik dampak negative maupun positif dari kekhususan ini, seperti :<br />DAMPAK SOSIAL<br />Dampak negative<br />Kelemahan pada factor psikologis, beberapa orangtua dari ABK ini mengalami ketidaknyamanan secara social baik dilingkup keluarga besar maupun dalam masyarakat, antara lain :<br />Ada rasa malu/tidak PD bila membawa anak mereka ke lingkungan keluarga besar atau masyarakat seperti dilingkungan tetangga, sering terjadi apabila ada pertemuan keluarga mereka memilih tidak tidak hadir. Sehingga dampaknya pada anak tidak membangun hubungan social dengan oranglain selain keluarga inti.<br />Merasa anak ABK memiliki kekurangan, sehingga tidak yakin lingkungan akan menerima anak ini, dampaknya pada anak tidak memiliki pengalaman berada dilingkungan yang berbeda (kurang stimulus social), semakin menghambat potensi anak untuk mengembangkan kemampuan interaksi sosial sesuai tahap perkembangannya. Walaupun kita tahu secara umum ABK mengalami kesulitan bersosialisasi. Dengan fakta ini akan lebih menghambat kemampuan interaksi sosialnya.<br />Orangtua merasa enggan untuk memasukkan anak ke sekolah karena beberapa pertimbangan : malu, keuangan yang minim karena mahalnya biaya pendidikan, minimnya pengetahuan dan pengalaman orangtua tentang sekolah inklusi, masih sedikit sekolah regular yang menerima ABK karena kendala operasinal.</p> <p>Dampak positive<br />Anak berkebutuhan Khusus sama dengan anak-anak pada umumnya, mereka mendapatkan hak yang sama dalam layanan pendidikan. Dengan adanya anak-anak dengan ABK lahir ke dunia ini dampak positive adalah :<br />Membelajarkan manusia dewasa dan anak-anak bagaimana hidup berdampingan secara social dengan anak berkebutuhan khusus, membelajarkan keluarga bagaiamana memperlakukan ABK, membelajarkan guru, lingkungan masyarakat dalam berinteraksi social dan menerima ABK secara wajar. Belajar sikap-sikap social yang positif seperti : kasih sayang, menghargai, menolong, empati, berbagi, sehingga lingkungan yang kondusif ini akan sangat membantu perkembangan anak ABK, apapun jenisnya. Oleh karena itu kita harus membangun persepsi diseluruh dimensi yang terlibat dalam pendidikan, bahwa yang harus kita lakukan adalah mensosialisasikan pada masyarakat bahwa ABK merupakan sumber belajar nilai-nilai social positif yang amat sangat berarti dilingkungan.</p> <p>DAMPAK PENDIDIKAN<br />Dampak negative<br />Operasional pendidikan ABK dengan biaya tinggi, berdampak pada keluarga yang tidak mampu sehingga tidak dapat menikmati layanan pendidikan yang layak dan tepat. Hanya orang-orang tertentu yang mendapatkan pelayanan pendidikan ABK ini, sementara aturan dan perundang-undangan memberikan hak pendidikan untuk setiap anak termasuk ABK.<br />Terlihat juga disini dampak aturan dan perundang-undangan tersebut terhadap layanan pendidikan ABK, jika belum ada solusi atau gambaran yang jelas tentang operasional pendidikan untuk sekolah-sekolah tentang penyelenggaraan pendidikan ABK atau disebut SEKOLAH INKLUSI. Tidak semua sekolah di Indonesia mampu menyelenggarakan operasional pendidikan sekolah Inklusi, sebab kita tahu banyak hal yang harus disiapkan untuk seperti : alat, media, perlengkapan, sarana prasarana, terapi dan tenaga professional untuk memberikan layanan pendidikan yang berkualitas.<br />Kurangnya sosialisasi tentang layanan pendidikan inklusi pada masyarakat, berdampak pada harapan orangtua ABK, agar anak mereka dapat sembuh setelah mendapatkan pendidikan dan memiliki kemampuan seperti anak-anak typical lainnya. Sehingga dampaknya adalah memaksakan anak ABK untuk mencapai target-target tertentu terutama secara akademik. Hal ini terlihat dari tuntutan orangtua murid ABK pada sekolah-sekolah regular atau sekolah inklusi. Banyak terjadi di lapangan, tuntutan orangtua yang berlebihan, misalnya di PAUD : “setelah anak saya selesai di kelompok A, saya mau dia bisa di kelompok B karena saya mau tahun depan umurnya 7 tahun anak saya sudah di sekolah dasar”. Kasus ini banyak sekali terjadi sehingga orangtua tidak lagi menyadari sebenarnya kebutuhan anak mereka. Tentu ini berdampak pada anak. Dampak pendidikan pada ABK tidak lagi mempertimbangkan perkembangan anak dan kebutuhan khusus mereka.</p> <p>Dampak Positive<br />Dampak pada pendidikan dengan terlahirnya anak-anak berkebutuhan khusus, tentu memungkinkan lahir ide-ide baru, untuk pelaksanaan pembelajaran di sekolah-sekolah regular dan melahirkan sekolah inklusi. Sebab keadaan saat ini sudah menjadi sorotan tajam dalam dunia pendidikan. Misalnya munculnya alat, media, sumber belajar untuk memberikan treatment yang tepat pada ABK kebutuhannya. Seperti : alat permainan untuk terapi motorik anak autis.<br />Mau tidak mau, dampak positivenya akan melahirkan sekolah-sekolah inklusi mulai dari yang sangat sederhana atau regular sampai sekolah inklusi dengan program berkualitas dan biaya opeasional yang tinggi. Tentu dengan berkembangnya pengetahuan masyarakat tentang ABK dan sekolah inklusi, maka semakin meningkat pula minat masyarakat untuk memberikan layanan pendidikan ABK yang berkualitas untuk anak-anak mereka. Dengan demikian maka diharapkan pemerintah sebagai pembuat kebijakan dapat memfasilitasi sekolah-sekolah inklusi dengan pembekalan keilmuan pada guru, orangtua dan tenaga kependidikan yang nantinya diharapkan mampu memberdayakan ABK setelah mereka mendapatkan layanan pendidikan berkualitas. Pembekalan pengetahuan dan penyediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran ABK.</p> <p>Guru dapat melakukan beragam cara untuk mengeleminasi dampak negative dan mempromosikan dampak positive. Dapat dilakukan dengan perubahan berorientasi keluarga, yaitu memandang keluarga sebagai pelaksana penting dalam upaya membantu anak, dan tenaga professional harus bekerja bersama keluarga serta memunculkan konsep tersebut dalam literature akademik. Hal ini merupakan pengakuan bahwa perlakuan dapat berdampak terhadap perkembangan dan kompetensi anak jika pengaruh pihak-pihak lain dalam lingkungan anak secara aktif berpartisipasi dalam upaya memanfaatkan dan mengembangkan keterampilan anak melalui aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan tersebut, antara lain :<br />Pemberdayaan (empowering)<br />Memberikan bantuan kepada keluarga bagaimana mengenali ABK melalui kegiatan pembekalan pengetahuan dan identifikasi awal anak melalui tes kesehatan terpadu dan kontiniu dengan kerjasama pihak-pihak terkait, seperti medis, terutama puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan yang mudah terjangkau oleh seluruh kalangan masyarakat, sehingga keluarga tidak lagi khawatir dengan kendala pembiayaan pada saat dilakukan intervensi fisik anak. Pihak-pihak terkait lainnya mungkin PLB, membekali dasar-dasar identifikasi ABK pada keluarga. Dengan pemberdayaan keluarga ini dapat mengembangkan sendiri, menentukan dengan rasa percaya diri dan kemampuan untuk bertindak dalam kehidupannya sendiri. Artinya kita benar-benar memberdayakan keluarga untuk mampu memberikan pelayanan dalam bentuk aktivitas dan rutinitas di lingkungan rumah.</p> <p>Pemupukan (enabling)<br />Menciptakan kesempatan untuk keluarga mendapatkan sumber-sumber kekuatan sendiri, membangun sumber-sumber tersebut untuk dapat memenuhi kebutuhan anaknya. Ini dapat dilakukan dengan membuat kumpulan atau organisasi orangtua, guru dan professional. Memungkinkan organisasi ini merancang aktifitas social seperti : menggalang dana untuk penyediaan sarana dan prasarana terapi di sebuah sekolah, atau menyelenggarakan event untuk pembekalan untuk guru-guru seperti : seminar tentang ABK, pameran hasil karya anak dan talkshow penampilan bakat anak dan lain-lain. Hal diharapkan mampu memberi kepercayaan pada masyarakat bahwa keluarga dapat memenuhi kebutuhan anaknya dengan berbagai cara bermakna dan menghasilkan untuk kelangsungan layanan pendidikan pada anak-anak ABK.<br />Kemitraan (partisipasi)<br />Sudah pasti program ini kerjasama dengan berbagai pihak terkait (pemerintahan, professional, guru dan orangtua untuk membangun sikap positif terhadap bekerjasama secara aktif untuk meningkatkan hasil, bagi anak maupun keluarga, melebihi apa yang dapat di capai dalam bentuk perlakuan.</p> <p>Berdasarkan uraian dari dampak yang muncul dengan lahirnya anak-anak kita yang special, akan semakin membangun motivasi kita secara psiko-sosial dan pendidikan. Ini semua sudah menjadi ketentuan Allah sang Kholiq, dengan segala kelebihan yang mereka miliki. Sebagai orang dewasa yang berada dilingkungan mereka, tentu menjadi fasilitator dan motivator untuk membangun dan mengembangkan potensi yang mereka miliki. Tidak ada satupun anak dilahirkan ke dunia tanpa memiliki potensi. Kepada semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama orangtua dan keluarga sebagai pendidik utama selayaknya berbangga hati, menggali dan menemukan potensi-potensi dan kekayaan yang dimiliki anak-anak manapun, termasuk ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Penerimaan dan treatment yang kita berikan pada semua anak-anak kita dengan segala kelebihan /fitrah yang dibawanya sejak lahir akan membantunya untuk berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Menggali potensi itu dengan berbagai stimulasi yang sesuai, misal : terapi dan memasukkan ke sekolah-sekolah regular atau sekolah inklusi, melayani dengan penuh cinta dan sabar, dan yang terpenting melayani dengan paham dan membantu anak-anak kita menjadi pribadi yang siap layan diri. Suatu hari anak-anak hidup pada zaman yang berbeda dengan kita, dan mungkin kita sudah tidak bisa mendampingi mereka lagi maka berbuatlah dari sekarang juga untuk anak-anak kita. Pentingnya kekuatan do’a dibalik semua usaha untuk itu. Sukses selalu untuk kita semua para pendidik.</p><p><br /></p><p>sumber : <a href="http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/14/dampak-social-dan-dampak-pendidikan-anak-abk-anak-berkebutuhan-khususnya/">klik</a><br /></p>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-68005367377295763192010-04-27T10:21:00.000+07:002010-04-27T10:24:12.577+07:00Permasalahan-Permasalahan Anak-Anak Berkebutuhan Khusus<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Symbol;"><span style="">·</span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Proses Pengolahan Ilmu di otak Anak-Anak Berkebutuhan Khusus itu relatif kurang. Pada awal kehidupan Sel-Sel Otak mulanya sedikit, ketika usia 6 tahun, Sel-Sel Otak mulai bertahmbah, hingga akhirnya pada usia 14 tahun dapat berkembang lebih pesat. Anak-Anak Berkebutuhan Khusus hanya tertuju pada 1 pusat perhatian (topik menarik) dalam proses otak.</span><br /><br /> <span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Symbol;"><span style="">·</span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Yang berinteligensi tinggi akan menghadapi kesulitan dalam pembelajaran normal, suka merasa bosan dan cenderung main-main sendiri. Sedangkan yang inteligensinya rendah akan kesulitan dalam memahami materi pembelajaran dan kerap membutuhkan banyak pengulangan dalam membahas suatu pembelajaran.</span><br /><br /> <span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Symbol;"><span style="">·</span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Dalam perihal Interaksi Sosial Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kurang kontak mata, represif, sulit berinteraksi baik dengan teman-teman maupun para guru, tak bisa berempati, memahami maksud orang lain, interaksi, kesulitan menyampaikan keinginan, takut dan cenderung menghindari orang lain dan sulit memahami isyarat verbal-nonverbal.</span><br /><br /> <span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Symbol;"><span style="">·</span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap kali kurang tangkas dan keseimbangan dalam perihal Gerak Motorik Kasar (Gross), sedangkan dalam Gerak Motorik Halus (Fine) Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap kurang terampil dan terkordinir dalam melaksanakan salah satu tugas.</span><br /><br /> <span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Symbol;"><span style="">·</span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Dalam Gerakan Sensorik, Anak-Anak Berkebutuhan Khusus cenderung Hiporeaktif (cuek) dan Hiperaktif (enggan belajar), fokus hanya pada detail tertentu/sempit/tak menyeluruh, dan mempunyai perhatian yang obsesif. Anak-Anak Berkebutuhan Khusus juga mempunyai minat terbatas, tak patuh, monoton, tantrum, mengganggu, agresif, impulsif, stimulasi diri, takut-cemas, kerap menangis.</span><br /><br /> <span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Symbol;"><span style="">·</span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Ketika belajar, Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap melakukan kesalahan sensory memory karena memori mereka hanya pendek sekali jaraknya, mudah lupa, fakta tersimpan tetapi tidak dalam 1 kerangka konteks yang terjadi. Anak-Anak Berkebutuhan Khusus sebenarnya bisa memberi respon terhadap sesuatu dalam pembelajaran, tetapi mereka sulit menghadapi situasi baru.</span><br /><br /> <span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Symbol;"><span style="">·</span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Sulit meniru aksi orang lain, namun bisa meniru kata-kata tetapi tidak memahami.</span><br /><br /> <span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">-asi Anak-Anak Berkebutuhan Khusus mempunyai keterbatasan kemampuan komunikasi, gangguan bahasa verbal-nonverbal, kesulitan menyampaikan keinginan, dan penggunaan bahasa repetitif (pengulangan).</span><br /><br /> <span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">-Anak-Anak Berkebutuhan Khusus mempunyai kelemahan dalam sequencing seperti kesulitan dalam menguruskan aktivitas, bisa mengurutkan tetapi sulit mengembangkan sehingga kurang kreatif, jika urutan aktivitas dirubah Anak-Anak Berkebutuhan Khusus dapat mengalami stress.</span><br /><br /> <span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">-Gangguan Executive Function juga terdapat pada Anak-Anak Berkebutuhan Khusus<span style=""> </span><br /> seperti kesulitan mempertahankan atensi, mudah terdistraksi, tidak bisa menyelesaikan tugas, dan kurang kontrol diri serta sulit bergaul. <span style=""> <br /><br /><br />sumber : <a href="http://lppariau.weebly.com/tentang-anak-anak-berkebutuhan-khusus.html">klik</a><br /></span></span>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-12552559708363365012010-04-27T10:20:00.000+07:002010-04-27T10:21:49.486+07:00Pentingnya Pendidikan Seks Pada Anak Kebutuhan Khusus<strong>Jakarta,</strong> Selama ini terapi yang diberikan pada anak-anak kebutuhan khusus seperti autis, sindrom Asperger dan lainnya sebatas terapi bicara dan okupasi agar si anak bisa berbicara, menulis, belajar dan bersosialisasi. Padahal pendidikan seks juga harus diajarkan pada anak kebutuhan khusus sejak dini.<br /><br />"Pendidikan seks tidak selalu mengenai hubungan pasangan suami istri, tapi juga mencakup hal-hal lain seperti pemberian pemahaman tentang perkembangan fisik dan hormonal seorang anak serta memahami berbagai batasan sosial yang ada di masyarakat," ujar Dra Dini Oktaufik dari yayasan ISADD (<em>Intervention Service for Autism and Developmental Delay</em>) Indonesia dalam acara Tanya Jawab Seputar Autisme di Financial Hall Graha Niaga, Jakarta, Sabtu (3/4/2010).<br /><br />Dini menambahkan hasrat seks merupakan suatu hal yang alamiah. Masa puber yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus terkadang datang lebih awal dari anak normal, tapi bisa juga datang lebih lama atau mengalami keterlambatan. Dalam hal ini anak akan mengalami perubahan hormonal dan juga perubahan fisik berbeda pada anak laki-laki dan perempuan.<br /><br />"Pendidikan seks jarang sekali disinggung bila berbicara mengenai autisme, mungkin karena dianggap masih tabu. Padahal pendidikan seks yang baik dapat membantu mempersiapkan si anak menjadi individu dewasa yang mandiri," ujar Gayatri Pamoedji, SE, MHc pendiri dari MPATI (Masyarakat Peduli Autis Indonesia).<br /><br />Jika pendidikan seks tidak diberikan sejak dini, maka nantinya bisa menjadi masalah baik dari sisi eksternal atau internal si anak, seperti mungkin saja anak jadi memiliki kebiasaan memegang kemaluan sendiri, suka menyentuh bagian privat orang lain, tidak siap menghadapi menstruasi, masturbasi atau mimpi basah yang dapat mempengaruhi emosinya dan juga tidak dapat menjaga kebersihan daerah kemaluannya.<br /><br />"Karena itu pendidikan seks menjadi sangat penting dan sebaiknya sudah dimulai sejak anak berusia 3 tahun. Tapi tentu saja si anak juga harus diberikan pelatihan mengenai kepatuhan, pengertian mengenai pemahaman perubahan fisik dan hormonal yang terjadi serta mencermati perilaku seks," ujar Dini yang menjadi praktisi terapi perilaku.<br /><br />Dini menambahkan dalam memberikan pendidikan seks pada anak sebaiknya anak mengenali bagian tubuh dirinya sendiri dan jangan pernah mengeksplor tubuh orang lain. Selain itu, orangtua harus waspada dalam memberikan pemahaman mengenai perubahan fisik yang terjadi. Sedangkan dalam memberikan pemahaman mengenai perubahan hormonal bisa melalui cerita yang mudah dimengerti, karena hormon tidak dapat terlihat secara visual.<br /><br />"Dalam hal ini orangtua harus dengan sabar mengajarkan anak apa saja yang boleh dan tidak boleh dilihat saat sedang berbicara, anak memahami mana yang termasuk sentukah OK dan mana yang tidak serta anak diajari mengenai social circle, yaitu anak diberitahu siapa saja yang boleh mendapatkan peluk dan cium," ungkapnya.<br /><br />Orangtua harus memiliki kesadaran bahwa masalah seksual kini semakin eksis, sehingga orangtua jangan hanya terpaku pada mind setting masyarakat mengenai pendidkan formal saja.<br /><br />Anak dengan kebutuhan khusus juga memerlukan pendidikan mengenai seks, karena tanpa disadari mereka juga akan mengalami hal yang sama dengan anak normal lainnya. Sedangkan pada anak kebutuhan khusus terkadang memiliki kadar emosional yang tidak stabil, sehingga harus diajarkan secara bertahap.<br /><br />"Pendidikan seks harus dimulai sejak dini, karena jika tidak dilakukan sejak awal maka ada kemungkinan anak akan mendapatkan banyak masalah seperti memiliki kebiasaan suka memegang alat kemaluan sebelum tidur, suka memegang payudara orang lain atau masalah lainnya," tambah Dini.<br /><br />Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pendidikan mengenai seks pada anak kebutuhan khusus yaitu, orangtua lebih berperan dibandingkan dengan terapis, memberikan pendidikan berdasarkan tingkat pemahaman anak dan dengan kata-kata positif, membuat rekayasa suasana sebelum anak diekspos keluar, memiliki peraturan tersendiri, menggunakan kekuatan <em>reward</em> (hadiah) dan bukan kekuatan hukuman.<br /><br />sumber : <a href="http://health.detik.com/read/2010/04/03/162239/1331267/764/pentingnya-pendidikan-seks-pada-anak-kebutuhan-khusus">detikHealth</a>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-28619914225566373582010-04-27T02:24:00.001+07:002010-04-27T10:22:49.450+07:00Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus<p style="margin-bottom: 0in;">Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus</p> <p style="margin-bottom: 0in;">Anak berkebutuhan khusus adalah meraka yang memerlukan penanganan khusus yang berkaitan dengan kekhususannya. Anak berkebutuhan khusus saat ini menjadi istilah baru bagi masyarakat kota Malang pada umumnya. Padahal jika kita memahami lebih dalam lagi maksud dari istilah anak-anak berkebutuhan khusus, istilah ini tidaklah terlalu asing. Di Indonesia istilah yang terlebih dahulu populer untuk mengacu pada anak berkebutuhan khusus adalah berkaitan dengan istilah anak luar biasa. <span lang="sv-SE">Pada profesi psikologi klinis/kedokteran istilah yang populer adalah anak-anak dengan handaya perkembangan.</span></p> <p style="margin-bottom: 0in;" lang="sv-SE">Hingga saat ini anak-anak berkebutuhan khusus yang mendapat perhatian yang cukup luas di masyarakat adalah mereka yang tergolong kedalam Pervasive Developmental Disorder atau Autism Spectrum Disorder.</p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0in;" lang="sv-SE">Autistic Disorder</p> </li></ol> <p style="margin-bottom: 0in;"><span lang="sv-SE">Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.</span></p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0in;" lang="sv-SE">Asperger Disorder</p> </li></ol> <p style="margin-bottom: 0in;"><span lang="sv-SE">Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan anak autisme, yaitu memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan tingkah lakunya. Namun gangguan pada anak Asperger lebih ringan dibandingkan anak autisme dan sering disebut dengan istilah ”High-fuctioning autism”. Hal-hal yang paling membedakan antara anak Autisme dan Asperger adalah pada kemampuan bahasa bicaranya. Kemampuan bahasa bicara anak Asperger jauh lebih baik dibandingkan anak autisme. Intonasi bicara anak asperger cendrung monoton, ekspresi muka kurang hidup cendrung murung dan berbibicara hanya seputar pada minatnya saja. Bila anak autisme tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, anak asperger masih bisa dan memiliki kemauan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan anak asperger biasanya ada pada great rata-rata keatas. Memiliki minat yang sangat tinggi pada buku terutama yang bersifat ingatan/memori pada satu kategori. Misalnya menghafal klasifikasi hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama latin.</span></p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0in;" lang="sv-SE">Rett’s Disorder</p> </li></ol> <p style="margin-bottom: 0in;" lang="sv-SE">Rett’s Disorder adalah jenis gangguan perkembangan yang masuk kategori ASD. Aspek perkembangan pada anak Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak menginjak usia 18 bulan yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa bicara secara tiba-tiba. Koordinasi motorinya semakin memburuk dan dibarengi dengan kemunduran dalam kemampuan sosialnya. Rett’s Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah perempuan.</p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0in;" lang="sv-SE">Childhood Disintegrative Disorder.</p> </li></ol> <p style="margin-bottom: 0in;"><span lang="sv-SE">Yang membedakan anak Childhood Disintegrative Disorder (CCD) dengan anak autisme adalah bahwa umumnya anak CCD sempat berkembang secara normal sampai beberapa tahun termasuk kemampuan bahasa bicaranya. Biasanya anak-anak itu mengalami kemunduran setelah menginjak 2 tahun. </span><span lang="sv-SE">Kemunduran kemampuan pada anak CDD bisa samapai pada kondisi anak dengan ganggaun autisme berat (low fuctioning autisme) dengan performa yang sama.</span></p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0in;">Pervasive Development Disorder Not Otherwie Specified (PDD-NOS)</p> </li></ol> <p style="margin-bottom: 0in;">Anak dengan gangguan PDD-NOS performanya hampir sama dengan anak Autisme hanya saja kualitas gangguannya lebih ringan dan terkadang anak-anak ini masih bisa bertatap mata, ekspresi wajah tidak terlalu datar dan masih bisa diajak bercanda.</p> <p style="margin-bottom: 0in;">Anak-anak berkebutuhan khusus selain <span lang="sv-SE">Pervasive Developmental Disorder atau Autism Spectrum Disorder :</span></p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0in;" lang="sv-SE">Child with developmental Impairement</p> </li></ol> <p style="margin-bottom: 0in;" lang="sv-SE">Yang banyak dikenal di Indonesia sebagai anak tuna grahita (mental retardation). Secara umum anak dengan gangguan retardasi mental memiliki inteligensi di bawah rata-rata normal, tidak mampu berprilaku adaptif sesuai tugas-tugas perkembangan usianya. Secara performa fisik tanpak sekilas anak retardasi mental seperti anak normal. Kemampuan berkomunikasinyapun tidak mengalami gangguan.hanyak saja anak retardasi mental sulit mengembangkan topik pembicaraan kearah yang lebih lanjut dan kompleks.</p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0in;" lang="sv-SE">Child with specific learning disability</p> </li></ol> <p style="margin-bottom: 0in;"><span lang="sv-SE">Anak berprestasi rendah yang lebih populer dengan istilah anak berkesulitan belajar. Mereka mempunyai kesulitan di bidang-bidang akademik, kognitif dan masalah-masalah emosi sosial. Oleh sebab itu kelainan-kelaian yang dialami lebih bersifat psikologis, yang berimbas pada gangguan kelancaran berbicara, berbahasa dan menulis. Anak-anak LD terlihat tidak berkemampuan sebagai pendengar yang baik, berfikir, berbicara, membaca dan menulis, mengeja huruf, dan perhitungan yang bersifat matematika. Tes hasil belajar di sekolah menunjukan angka rendah. Yang tergolong learning disabilitis adalah anak dengan ganguan persepsi, cedera otak/cerebal palsy, minimal brain dysfunction, dyslexia dan developmental aphasia.</span></p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0in;">Child with emotional or behavioral disorder</p> </li></ol> <p style="margin-bottom: 0in;">Anak dengan ganguan perilaku menyimpang/emosional menunjukan masalah perilaku yang dapat terlihat dari ; selalu gagal/tidak dapat menjalin hubungan pribadi yang intim, berprilaku tidak pada tempatnya (sering mencari perhatian dengan cara-cara yang tidak logis), merasakan adanya depresi dan tidak bahagia (diri sendiri/bisa keluarga/lingkungan sosial) prestasi belajar menurun (memiliki masalah-masalah kesulitan belajar bukan disebabkan faktor intelektual, sensori atau kesehatan).</p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0in;">Child who have attention deficit disorder with hyperactive (ADHD)</p> </li></ol> <p style="margin-bottom: 0in;">ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh karena mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain. Tidak dapat duduk diam di satu tempat selama ± 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang diberikan kepadanya. Rentang konsentrasinya sangat pendek, mudah bingung dan pikirannya selalu kacau, sering mengabaikan perintah atau arahan, sering tidak berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah. Sering mengalami kesulitan mengeja atau menirukan ejaan huruf.</p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0in;">Down Syndrom</p> </li></ol> <p style="margin-bottom: 0in;">Anak down syndraom sangat mudah dikenali lewat bentuk wajahnya (seperti orang mongol). <span lang="sv-SE">Tapi beberapa diantaranya tidak memperlihatkan bentuk muka down syndrom (layaknya anak normal). Mereka biasanya sangat pendiam, sering bermasalah dengan koordinasi otot-otot mulut tangan dan kaki sehingga sering mengalami terlambat berbicara dan berjalan. Kemampuan inteligensinya dibawah rata-rata normal menyebabkan mereka sulit mengikuti tugas-tugas perkembangan anak normal, baik dalam aspek akademis, emosi dan bersosialisasi. Tak jarang behavioralnya juga memperlihatkan perilaku yang tidak adaptif (sering mencari perhatian yang berlebihan, memperihatkan sikap keras kepala yang berlebihan (shut off/berlagak seperti patung) dan kekanak-kanakan.</span></p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0in;">Child with communication disorder and deafness</p> </li></ol> <p style="margin-bottom: 0in;">Lebih popular dengan istilah tunarungu/wicara adalah mereka yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar sebahagian atau keseluruhan, akibat tidak berfungsinya indra pendengaran sebagaian/keseluruhan.</p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0in;">Child with partially seeing and legally blind</p> </li></ol> <p style="margin-bottom: 0in;"><span lang="sv-SE">Anak tunagrahita dikategorikan sebagai anak-anak yang memiliki </span><span lang="sv-SE">indra ke-enam. Hal ini mengacu kepada kemampuan inteligensi yang cukup baik, daya ingat yang kuat, kemampuan taktil yang tinggi berupa kemampuan merasakan objek melalui ujung jari-jemarinya sebagai pengganti indra penglihatannya. Anak tunagrahita mempresepsikan dunia dengan menggunakan indra sensoriknya, sehingga mereka membutuhkan latihan dalam waktu yang lama untuk menguasai dunia persepsi. Dalam melakukan interaksi sosial umumnya dilakukan dengan cara menyentuh dan mendengar objeknya, sehingga kurang menarik bagi lawan bicaranya. </span></p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0in;">Child with Giftednees and Special talent</p> </li></ol> <p style="margin-bottom: 0in;" lang="sv-SE">Anak berbakat memiliki cirri-ciri :</p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0in;" lang="sv-SE">Memiliki skor IQ 140 atau lebih diukur dengan instrument Stanford Binet (general intellectual ability).</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0in;" lang="sv-SE">Mempunyai problem solving, kreatifitas tinggi dan produktif.</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0in;" lang="sv-SE">Memiliki keunggulan dibidang akademik/seni/sastra/verbal/etetika/sport/sosial.</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0in;"><span lang="sv-SE">Memiliki kemampuan intuisi yang kuat, terkadang mampu mempredisi sesuatu yang bersifat futuristik yang mungkin beberapa waktu (tahun/abad) baru diketahui orang normal.</span></p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0in;" lang="fi-FI">Memiliki kemampuan kepemimpinan yang teliti dan visioner.</p></li></ol><br />sumber : <a href="http://sekolahdolan.org/2009/05/mengenal-anak-berkebutuhan-khusus/">klik</a>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-30571405604402216552010-04-27T02:22:00.002+07:002010-04-27T02:23:15.838+07:00Anak Yang Memerlukan Kebutuhan KhususTunanetra<br /><br />Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)<br />[sunting] Tunarungu<br /><br />Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:<br /><br /> 1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),<br /> 2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),<br /> 3. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),<br /> 4. Gangguan pendengaran berat(71-90dB),<br /> 5. Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB).<br /><br />Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.<br />[sunting] Tunagrahita<br /><br />Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.<br /><br /> 1. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70),<br /> 2. Tunagrahita sedang (IQ : 36-51),<br /> 3. Tunagrahita berat (IQ : 20-35),<br /> 4. Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).<br /><br />Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.<br />[sunting] Tunadaksa<br /><br />Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.<br />[sunting] Tunalaras<br /><br />Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.<br />[sunting] Kesulitan belajar<br /><br />Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-9391270588648191612010-04-27T02:12:00.002+07:002010-04-27T02:22:04.296+07:00Pengertian Anak Berkebutuhan khususAnak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-88444514896483901722010-03-30T22:03:00.001+07:002010-03-30T22:03:18.432+07:00Tatapan Mata Ibu Kurangi Risiko Bayi Derita Autis<div class="article-toolswrap"> </div> <div class="article-content"> <p><a href="http://www.autis.info/images/stories/autisme/autischild02.jpg" class="highslide"> <img style="" alt="Mom & Son" title="Mom & Son" src="http://www.autis.info/images/stories/thumbs/L2hvbWUvYXV0aXNpbmYvcHVibGljX2h0bWwvaW1hZ2VzL3N0b3JpZXMvYXV0aXNtZS9hdXRpc2NoaWxkMDIuanBn.jpg" align="left" border="0" /></a> <span class="highslide-caption"> Mom & Son </span> <strong>Inilah.com, Jakarta - Kontak mata sebanyak mungkin dengan bayi yang berisiko tinggi menyandang autis, amat sangat dianjurkan kepada orangtua, terutama jika sebelumnya telah memiliki anak autis.</strong> </p> <p>Bagi peneliti dari University of Washington, hal itu tidak sekadar anjuran,, melainkan dengan dukungan penelitian pada 200 bayi yang mempunyai saudara sekandung autis. </p> <p>Di Amerika Serikat, setiap satu dari 150 bayi lahir menyandang autis. Persentasenya menjadi lebih tinggi yakni satu dari 20 bayi baru lahir, jika salah satu kakaknya mempunyai autis.</p> <p>Semua bayi itu dimonitor oleh para ahli, dibagi dalam kelompok usia 6, 12, dan 24 bulan. Setengah dari para ibu dilatih teknik tertentu untuk 'menangkap' komunikasi yang disampaikan oleh bayinya.</p> <p>Para ibu itu juga dilatih menarik perhatian bayi, ketika mereka keasyikan sendiri. Dengan mengeluarkan suara pelan berirama serta bertatapan mata. Ini diyakini dapat mempermudah bayi belajar mengenal bahasa.</p> <p>"Kami ingin para oarangtua ada ketika bayi meraih mainan dan mencari keberadaan orangtuanya melalui tatapan mata," kata Prof Annette Estes dari Pusat Autis University of Washington.</p> <p>Lebih lanjut ia mengatakan, orangtua mesti benar-benar hadir ketika bayi memasuki dunianya dan tengah mencari tahu apa yang mesti dilakukan selanjutnya.</p> <p>Ihwal berguman, memainkan nada suara, kontak mata dan model interaksi lainnya antara orangtua terutama ibu dan dengan bayi, diyakini dapat menekan derajat perkembangan autis. Terapi perilaku dan bicara juga dapat mendeteksi gejala autis tahap awal.</p> <p>Menurut Prof Estes, autis muncul karena ada kelainan pada sistem komunikasi. Jika disadari sejak awal, maka dapat diterapkan pola komunikasi sosial yang tepat sehingga gejala dan perkembangan autis dapat ditekan sedikit mungkin. Ini berkaitan dengan perkembangan komunikasi sosial pada otak.</p> <p>Prof Estes mengatakan, pengamatan perkembangan otak dilakukan pada semua bayi yang menjadi subyek penelitian. Namun pada bayi yang terlahir dari orangtua yang sebelumnya telah melahirkan anak autis, orangtua tidak punya pilihan lain kecuali menunggu dengan harap-harap cemas akan nasib buah hatinya.</p> <p>Sayangnya, sampai saat ini seperti diakui Prof Estes, belum ada metode tepat untuk membantu orangtua yang memiliki anak autis melewati masa-masa sulit. [ES/L1]</p></div>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-3967189084624664302010-03-30T22:02:00.003+07:002010-03-30T22:02:53.241+07:00Terapi Musik Dorong Perubahan Positif Autisme<p>Penulis : Ikarowina Tarigan </p><p><a href="http://www.autis.info/images/stories/autisme/terapimusik.jpg" class="highslide"> <img style="" src="http://www.autis.info/images/stories/thumbs/L2hvbWUvYXV0aXNpbmYvcHVibGljX2h0bWwvaW1hZ2VzL3N0b3JpZXMvYXV0aXNtZS90ZXJhcGltdXNpay5qcGc=.jpg" align="left" border="0" /></a> <span style="font-weight: bold;">TERAPI</span> musik tidak hanya berfungsi memfasilitasi perubahan positif pada perilaku manusia dewasa tetapi juga mempunyai pengaruh positif pada anak penderita autisme. Musik, menurut penelitian berperan sebagai rangsangan luar yang membuat anak nyaman, karena tidak terlibat kontak langsung dengan manusia.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Manfaat terapi</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Meningkatkan perkembangan emosi sosial anak.</span> Saat memulai suatu hubungan, anak autisme cenderung secara fisik mengabaikan atau menolak kontak sosial yang ditawarkan oleh orang lain. Dan terapi musik membantu menghentikan penarikan diri ini dengan cara membangun hubungan dengan benda, dalam hal ini instrumen musik.<br /><br />Anak-anak autisme, berdasarkan hasil studi, melihat alat musik sebagai sesuatu yang menyenangkan. Anak-anak ini biasanya sangat menyukai bentuk, menyentuh dan juga bunyi yang dihasilkan. Karena itu, peralatan musik ini bisa menjadi perantara untuk membangun hubungan antara anak autisme dengan individu lain.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Membantu komunikasi verbal dan nonverbal.</span> Terapi musik juga bisa membantu kemampuan berkomunikasi anak dengan cara meningkatkan produksi vokal dan pembicaraan serta menstimulasi proses mental dalam hal memahami dan mengenali. Terapis akan berusaha menciptakan hubungan komunikasi antara perilaku anak dengan bunyi tertentu. <br /><br />Anak autisme biasanya lebih mudah mengenali dan lebih terbuka terhadap bunyi dibandingkan pendekatan verbal. Kesadaran musik ini dan hubungan antara tindakan anak dengan musik, berpotensi mendorong terjadinya komunikasi.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Mendorong pemenuhan emosi.</span> Sebagian besar anak autisme kurang mampu merespon rangsangan yang seharusnya bisa membantu mereka merasakan emosi yang tepat. Tapi, karena anak autisme bisa merespon musik dengan baik, maka terapi musik bisa membantu anak dengan menyediakan lingkungan yang bebas dari rasa takut.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Selama mengikuti sesi terapi,</span> setiap anak mempunyai kebebasan untuk mengekspresikan diri saat mereka ingin, sesuai dengan cara mereka sendiri. Mereka bisa membuat keributan, memukul instrumen, berteriak dan mengekspresikan kesenangan akan kepuasan emosi. Selain itu, terapi musik juga membantu anak autisme dengan:<br /><br /></p><ul><li>Mengajarkan keahlian sosial</li><li>Meningkatkan pemahaman bahasa</li><li>Mendorong hasrat berkomunikasi</li><li>Mengajarkan anak mengekpresikan diri secara kreatif</li><li>Mengurangi pembicaraan yang tidak komunikatif</li><li>Mengurangi pengulangan kata yang diucapkan orang lain secara instan dan tidak terkontrol.</li></ul><br /><span style="font-weight: bold;">Sesi terapi</span><br /><br />Terapi musik akan dirancang, dijalankan, dan dievaluasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Selama terapi anak akan dilibatkan dalam beberapa aktivitas seperti:<br /><br /><ul><li>Mendengarkan musik atau kreasi musik</li><li>Memainkan alat musik</li><li>Bergerak mengikuti irama musik</li><li>Bernyanyi (ol-08)</li></ul>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-77499550374406083152010-03-30T22:02:00.001+07:002010-03-30T22:02:28.027+07:00Penyebab Penderita Autis Sulit Berkomunikasi<p><span style="color: rgb(0, 110, 46); font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 18px; " class="Apple-style-span"><strong>Vera Farah Bararah</strong> - detikHealth</span> </p><p><strong>Cambridge,</strong> Penderita autis terlihat sangat tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Kini peneliti menemukan penyebab kenapa penderita autis harus berjuang keras dalam lingkungan sosialnya.<br /><br />Peneliti dari University of Cambridge yang melakukan penelitian dengan scan otak yang canggih menemukan bahwa ada bagian otak penderita autis yang memang tidak mengenali kesadaran tentang dirinya sendiri. Akibatnya, jangankan untuk berkomunikasi, untuk mengenali kesadaran terhadap pribadinya saja, penderita sudah kesulitan.<br /><br />Scan otak canggih yang didapatkan peneliti menunjukkan penderita autis terlihat kurang aktif bila terlibat dalam hal pemikiran tentang kesadaran diri. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal<em>Brain</em>.<br /><br />Penelitian ini telah menunjukkan adanya masalah pada penderita autis yaitu dalam hal kesulitan memikirkan sesuatu dan membuat rasa mengenai dirinya sendiri dan orang lain.<br /><br />Para peneliti menggunakan scan resonansi magnetik fungsional untuk mengukur aktivitas otak dari 66 relawan laki-laki yang sekitar 50 persennya telah didiagnosis mengalami gangguan spektrum autis.<br /><br />Para relawan ini diminta untuk memberikan penilaian mengenai pikiran dirinya sendiri, opini, preferensi, karakteristik fisik serta diharuskan memberikan penilaian terhadap orang lain.<br /><br />Dengan melakukan scan terhadap otak para relawan dalam menanggapi berbagai pertanyaan tersebut, maka peneliti bisa melihat adanya perbedaan aktivitas otak antara penderita autis dengan yang tidak.<br /><br />Peneliti sangat tertarik mengenai bagian dari otak yang disebut dengan <em>ventrodial pre-frontal cortex</em> (vMPFC) yang dikenal aktif ketika seseorang berpikir mengenai dirinya sendiri.<br /><br />"Penelitian ini menunjukkan bahwa otak autis harus bekerja keras dalam memproses informasi mengenai dirinya sendiri, sedangkan untuk menjelajahi interaksi sosial dengan orang lain diperlukan usaha yang lebih keras lagi," ujar Michael Lombardo dari University of Cambridge, seperti dikutip dari<em> BBC,</em> Senin (14/12/2009).<br /><br />"Kita tahu banyak penderita autis sangat sulit untuk berinteraksi dengan orang lain dan membangun pertemanan, ini dikarenakan mereka mengalami kesulitan dalam mengenali dan memahami pikiran serta perasaan orang lain," ujar Dr Gina Gomez de la Cuesta dari <em>National Autistic Society</em>.<br /><br />(<strong>ver/ir</strong>)</p>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-33761224760250492472010-03-30T21:59:00.000+07:002010-03-30T22:00:36.987+07:00Anak Autis Banyak Lahir dari Orangtua Berpendidikan Tinggi<p><span class="reporter"><strong>Nurul Ulfah</strong> - detikHealth</span></p><p><br /><a href="http://www.autis.info/images/stories/autisme/anak-autis.jpg" class="highslide"> <img style="" src="http://www.autis.info/images/stories/thumbs/L2hvbWUvYXV0aXNpbmYvcHVibGljX2h0bWwvaW1hZ2VzL3N0b3JpZXMvYXV0aXNtZS9hbmFrLWF1dGlzLmpwZw==.jpg" align="left" border="0" /></a> <strong>California,</strong> Studi terkini menemukan anak autis banyak dilahirkan dari pasangan yang berpendidikan tinggi dan sudah tua. Peneliti menggunakan data sekitar 2,5 juta kelahiran di California selama 5 tahun.<br /><br />Dan ternyata ditemukan sekelompok anak autis pada daerah dimana rata-rata penduduknya berpendidikan tinggi. Orang tua anak-anak autis tersebut ternyata kebanyakan berlatar belakang pendidikan lebih tinggi (di atas S1) dibanding orang tua di daerah yang tidak terdapat anak autis.<br /><br />"Studi ini cocok dengan apa yang kami perkirakan sebelumnya, yaitu pasangan orang tua yang berpendidikan tinggi cenderung menghasilkan anak autis," ujar Karla Van Meter, epidemiolog dari Sonoma County Department of Public Health University of California seperti dilansir<em> Healthday</em>, Rabu (6/1/2010).<br /><br />Suami istri yang sudah berumur tua saat memiliki anak juga dilaporkan lebih banyak mempunyai anak autis. Tapi faktor pendidikan jauh lebih besar risikonya dalam menghasilkan anak autis.<br /><br />"Tidak ada yang benar-benar tahu penyebabnya apa. Tapi mungkin faktor genetik berperan. Mungkin juga karena orang tua berpendidikan tinggi memiliki harapan yang terlalu berlebih pada anaknya sehingga psikologisnya terganggu atau karena mereka lebih banyak terpapar dengan bahan kimia di rumahnya. Semuanya bisa saja terjadi, tapi kami masih meneliti penyebab pastinya," kata Van Meter.<br /><br />Namun kabar baiknya adalah, orang tua yang berpendidikan tinggi lebih tahu tentang penyakit autis dan lebih baik dalam menangani anaknya yang autis.<br /><br />"Penyakit autis sudah menembus batas demografis dan sosial ekonomi. Kita bisa melihatnya di lingkungan sekitar dimana pasangan orang tua yang pintar dan berpendidikan tinggi justru lebih banyak melahirkan anak autis," kata Lee Grossman dari <em>Autism Society of America.<br /></em><br />Jumlah anak autis<a href="http://health.detik.com/read/2009/10/06/150910/1216319/764/1-dari-100-anak-menderita-autis"> </a>memang meningkat akhir-akhir ini. Hingga Desember 2009, <em>Centers for Disease Control and Prevention</em> mencatat 1 dari 110 anak di Amerika terdiagnosa autis. Faktor genetik dan cemaran bahan kimia masih menjadi<a href="http://health.detik.com/read/2009/12/14/111528/1259592/763/penyebab-penderita-autis-sulit-berkomunikasi"> </a>penyebab utamanya.(fah/ir) </p>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-28491618917210106442010-03-30T21:55:00.000+07:002010-03-30T21:58:55.013+07:001 Dari 100 Anak Menderita Autis<p><span class="reporter"><strong>Vera Farah Bararah</strong> - detikHealth</span></p><p><br /><strong>Jakarta,</strong> Kenaikan jumlah angka penderita autis sungguh mencengangkan. Bagaimana tidak, rasio anak yang terkena autis semakin banyak dengan perbandingan 1 dari 100 anak terdiagnosa positif autis.<br /><br />Berdasarkan laporan berita dari Institute Nasional Kesehatan Mental dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, didapatkan bahwa telah terjadi peningkatan yang cukup besar dalam jumlah anak yang didiagnosis mengalami autis.<br /><br />Kini ditemukan rata-rata penderita autis adalah 1 dari 100 anak-anak, sedangkan perkiraan sebelumnya adalah 1 dari 150 anak-anak dan dulu orang beranggapan penderita autis adalah 1 dari 500 anak-anak.<br /><br />Apa yang sebenarnya terjadi? Saat ini ada kesepakatan secara umum bahwa faktor genetik diperkirakan turut menyempurnakan risiko anak-anak autis, faktor lainnya adalah meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai penyakit ini sehingga meningkatkan pula diagnosis untuk gangguan spektrum autis (autism spectrum disorders). Tapi ada juga pemicu lain yang belum dapat diidentifikasi, seperti lingkungan, makanan atau faktor keturunan.<br /><br />Faktor pemicu lainnya tersebut seperti dikutip dari <em>Thedailygreen</em>, Selasa (6/10/2009) adalah lingkungan yang sudah terpapar merkuri atau logam berat lainnya, air yang terkontaminasi, pestisida atau juga karena pengguaan antibiotik.<br /><br />Segala macam limbah beracun yang ada di lingkungan diduga sebagai penyebab yang potensial. Dengan perkembangan penelitian termasuk penelitian yang menonjol mengenai kesehatan anak-anak, ada salah satu penyebab yang sudah tidak dipercaya lagi yaitu penggunaan pengawet vaksin thimerosal yang diduga menyebabkan anak autis. Kini pengawet tersebut sudah tidak digunakan dan tidak ada bukti yang menunjukkan thimerosal menyebabkan anak autis.<br /><br />Autis merupakan gejala yang timbul karena adanya gangguan atau kelainan saraf pada otak seseorang. Anak yang menderita autis jika kepalanya diperiksa dengan menggunakan CT Scan semuanya akan terlihat normal-normal saja. Diduga autis terjadi karena jembatan yang menghubungkan antara otak kanan dan otak kiri bermasalah atau terhambat, dan sampai saat ini belum diketahui apa yang membuatnya terhambat.<br /><br />Sampai saat ini belum ada satu penyebab yang pasti mengakibatkan anak autis. Tapi orangtua sebaiknya secara bijaksana mengurangi paparan bahan kimia beracun selama masa kehamilan dan masa perkembangan anak-anak.</p>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-16057494551137982182010-03-30T21:54:00.000+07:002010-03-30T21:55:05.196+07:00Makanan Indonesia untuk Autisme<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 15px; color: rgb(75, 93, 103); font-size: 11px; "><p style="font-size: 11px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 18px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 24px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; line-height: 1.4em; ">Sebagian besar gejala autisme bisa dikurangi dengan berpantangan terigu dan susu. Itu berarti sumber pangan asli Indonesia seperti beras, singkong, ubi, kentang, sagu dan jagung aman dikonsumsi penyandang autisme</p><p style="font-size: 11px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 18px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 24px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; line-height: 1.4em; ">Autisme menurut Dr. Melly Budiman,Sp.KJ merupakan gangguan perkembangan yang kompleks dan berat pada anak. Gejalanya bersifat individual dan tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Secara garis besar gejala ini merupakan gangguan komunikasi, berinteraksi, dan gangguan perilaku.</p><p style="font-size: 11px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 18px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 24px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; line-height: 1.4em; ">“Anak bisa mengalami lambat bicara, omongannya sulit dipahami, tidak mau menatap mata, tak mau bermain dengan teman sebaya, tidak mau diatur, menyakiti diri sendiri, terpukau pada benad yang berputar dan banyak lagi,”ujar psikiater anak yang juga ketua Yayasan Autisme Indonesia.</p><p style="font-size: 11px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 18px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 24px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; line-height: 1.4em; ">Penyebab pasti autisme belum jelas diketahui. Ada pendapat, karena faktor genetik dan gangguan pertumbuhan sel otak selama dalam kandungan, serta kontaminasi logam berat menjadi sebab. Gangguan pertumbuhan sel otak pada janin bisa karena adanya virus, jamur atau zat beracun dalam makanan. Vaksin MMR (Mumps Measles Rubella) uga diperkirakan jadi penyebab. Dinyatakan vaksin ini menyebabkan kerusakan pada pencernaan dan otak. Beberapa gejala autisme juga ditemukan pada anak setelah imunisasi MMR.</p><p style="font-size: 11px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 18px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 24px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; line-height: 1.4em; ">Ahli Naturopati, Dr Amarullah H. Siregar, D1Hom, DNMed, MSc, PhD mengungkapkan disamping faktor genetik, autisme juga bisa disebabkan oleh trauma psikis atau fisik pada saat lahir., dan adanya intoleransi terhadap jenis protein dan gluten yang terdapat dalam gandung atau terigu, serta casein yang terkandung dalam susu. Selain pada gandum, gluten juga terdapat dalam havermut, bulger dan sejenisnya.</p><p style="font-size: 11px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 18px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 24px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; line-height: 1.4em; ">Anaka yang tidak diinginkan, lanjutnya bisa membawa trauma psikis disaat lahir. Sedangkan trauma fisik, misalnya pada bagian kepala, bisa terjadi selama proses kelahiran. Kondisi intoleransi terjadi karena kekurangan mineral pada sistem pembuluh saraf selama dalam kandungan.</p><p style="font-size: 11px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 18px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 24px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; line-height: 1.4em; ">Ada juga yang berpendapat bahwa autisme mempunyai gangguan metabolisme yaitu kekurangan enzim yang berkaitan dengan pencernaan gluten dan casein. Karena metabolisme tidak sempurna, maka proses pencernaan protein bukan menghasilkan asam amino, tapi malah menjadi zat racun semacam opioid yang jika masuk ke otak akan memicu agresivitas.</p><p style="font-size: 11px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 18px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 24px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; line-height: 1.4em; "><span style="font-size: 20px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; line-height: 1.4em; font-weight: bold; ">Sebuah studi di Amerika Serikat menyatakan 80 persen anak penyandang autisme alergi terhadap prduk susu dan gandum. Penelitian Dr.J.Robert Cade,M.D dari Universitas Florida menunjukkan 8 dari sepuluh anak bebas dari gejala autisme dan skizofrenia setelah menjalani terapi diet bebas susu.</span></p><p style="font-size: 11px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 18px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 24px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; line-height: 1.4em; ">Untuk yang intoleran terhadap susu bisa mengganti dengan susu kacang hijau dan jenis kacang-kacangan lain. Tapi harus tetap diingat bahwa bayi harus tetap mendapat ASI eksklusif selama empat bulan penuh. “Dengan air susu ibu, si anak malah akan punya kekebalan tubuh yang bagus.”</p><p style="font-size: 11px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 18px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 24px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; line-height: 1.4em; ">Dr. Siregar menegaskan, dengan memberikan vitamin dan mineral, kondisi intoleransi tersebut bisa diatasi. Dijelaskan setiap anak lahir dengan sifat inkonstitusional yang berlainan. Menurut ilmu kedokteran homeopati, sifat ini dibagi menjadi 4 (empat) yaitu</p><p style="font-size: 11px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 18px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 24px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; line-height: 1.4em; ">Tipe Carbonitrogenoid yang karakternya cerdas, mudah lelah fisik maupun mental, sensitif terhadap udara dingin, gejala memburuk pada siang hari. Sensitif terhadap cahaya dan suara, kulit selalu kering</p><p style="font-size: 11px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 18px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 24px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; line-height: 1.4em; ">Tipe Oxygenoid berkarakter, selalu ingin udara yang dingin , gejala memburuk pada malam hari, kulit berminyak dan pucat, selera makan baik, tidak suka daging, tidur memeluk guling.</p><p style="font-size: 11px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 18px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 24px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; line-height: 1.4em; ">Tipe Tubercular merupakan kombinasi tipe pertama dan kedua, juga cenderung rentan terhadap dingin, sulit berkonsentrasi, sangat atraktif selalu pusing dan limbung.</p><p style="font-size: 11px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 18px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 24px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; line-height: 1.4em; ">Tipe Hydrogenoid karakternya menyukai udara hangat, mudah tersinggung, egois, cemburu, sering diare tanpa sebab, sering muncul gangguan kulit.</p><p style="font-size: 11px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 18px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 24px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; line-height: 1.4em; ">Sumber: Tabloid Ibu Anak</p></span>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-19504686660696174302010-03-30T21:53:00.000+07:002010-03-30T21:54:24.329+07:00Kromosom Abnormal Penyebab Autisme<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; border-collapse: collapse; "><span style="font-family:Arial;font-size:85%;">Si kecil Ludin suka bermain sendirian sejak berumur dua tahun. Ia sering marah dan gusar bila ditemani bermain. Awalnya, ibunda Ludin, Nyonya Imroatus, menganggap putranya tak punya kelainan. Ia menyangka, putranya cuma ogah ditemani.<br /><br />Tetapi, setelah Ludin berumur tiga tahun, kebiasaan itu tak kunjung berubah. Bocah ini malah cenderung cuek terhadap lingkungannya. Ludin tak mau menyahut bila dipanggil. Ia ogah berkomunikasi dengan siapa pun. Bocah ini cenderung asyik dengan dirinya sendiri.<br /><br />Nyonya Imroatus mengkhawatirkan perkembangan putra semata wayangnya. Ia lantas membawa si kecil ke ahli psikiatri. Hasil analisis psikiater, Ludin mengalami autisme. Nyonya Imroatus kaget bukan kepalang setelah mengetahui kondisi putranya, mengingat selama ini anak autisme tergolong sulit ditangani.<br /><br />Nyonya Imroatus tak patah arang. Demi masa depan putranya, apa pun dia lakukan. Kini Nyonya Imroatus rajin membawa si buah hati berobat dan berkonsultasi dengan dokter ahli di Rumah Sakit Soetomo, Surabaya.<br /><br />Selama tiga bulan terakhir ini, Ludin menjalani terapi di rumah sakit itu. Perkembangannya lumayan pesat. Ludin mulai mau mengucapkan sejumlah kosakata sederhana: "bapak", "ibu", dan "makan". Nyonya Imroatus tak habis pikir, mengapa anaknya menderita autisme.<br /><br />Padahal, di lingkungan keluarganya tak satu pun yang menderita autisme. Baik keluarga dari pihak ayah atau ibu Nyonya Imroatus maupun keluarga suaminya. Karena itulah, ia kaget setelah membaca berita bahwa autisme bersifat genetik. "Yang dialami anak saya itu yang pertama di keluarga kami," kata Nyonya Imroatus.<br /><br />Kaitan genetik dengan autisme muncul dari pernyataan Steven Scherer, peneliti di Universitas Toronto, Kanada. Ia bersama para ilmuwan dari sejumlah negara melakukan penelitian tentang autisme yang didanai Autism Genome Project Cabang Kanada. Scherer bersama para ilmuwan dari sembilan negara mengumpulkan gen dari 1.168 keluarga.<br /><br />Tiap-tiap keluarga itu memiliki minimal dua anak autis. Scherer memeriksa kromosom X yang berjumlah 23. Ternyata, pada masing-masing kromosom ada beberapa gen yang abnormal. Dari situlah ia berkesimpulan bahwa autisme bersifat genetik. Dan pada kromosom nomor 11 itulah yang paling menonjol kelainannya.<br /><br />"Fakta ini menunjukkan bahwa 90% penyebab autisme adalah gen," kata Scherer, seperti dikutip ABCnews.com, Senin pekan silam. Ia menyatakan bahwa studi itu belum kelar. Kemungkinan Scherer bisa merampungkan penelitiannya ini paling singkat tiga tahun lagi.<br /><br />Lewat penelitian itu, Scherer berharap, nanti bisa diketahui berapa banyak gen abnormal yang terlibat dan punya keterkaitan di antara gen-gen. "Jika hal itu sudah diketahui, kemungkinan akan dapat dibuat obatnya," kata Scherer.<br /><br />Dokter Bridget Fernandez, selaku Ketua Autism Genome Project, memperkuat temuan Scherer. Menurut dia, autisme --seperti juga asma-- berkaitan dengan faktor keturunan. Ia yakin, faktor gen berperan, meski autisme tidak akan muncul dalam satu jenjang keturunan. Artinya, autisme bisa tak diturunkan dari orangtua, melainkan bisa juga melalui garis dari buyut.<br /><br />Temuan Scherer tentu saja membuka harapan penyembuhan autisme. Sebab jumlah penyandang autisme kian hari kian bertambah. Dokter Nining Febriana, psikiater anak yang bekerja di Rumah Sakit Dokter Soetomo, mengungkapkan bahwa jumlah anak autis cenderung bertambah, Dalam sebulan, ia rata-rata menerima lima pasien baru yang menderita autisme.<br /><br />Anak autis yang ditangani Dokter Nining dalam sepekan mencapai 40 anak. "Makin hari makin banyak. Mungkin para orangtua mulai sadar," kata Nining. Makin bertambahnya kasus anak autis juga terlihat dari bermunculannya sekolah-sekolah khusus penyandang autisme.<br /><br />Di Jakarta Selatan ada sekolah Mandiga. Lalu di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, telah berdiri<i>Indonesia Centre for Autism Resource and Expertise</i> (Indocare). Indocare akan menjadi pusat percontohan bagi pengembangan sumber daya dan pelatihan khusus untuk anak yang mengalami gangguan spektrum autisme.<br /><br />Di Indonesia, diperkirakan lebih dari 400.000 anak menyandang autisme. Sedangkan di dunia, pada 1987, prevalensi penyandang autisme diperkirakan 1 berbanding 5.000 kelahiran. Sepuluh tahun kemudian, angka itu berubah menjadi 1 anak penyandang autisme per 500 kelahiran. Pada tahun 2000, naik jadi 1:250.<br /><br />Tahun lalu, jumlah anak autis bertambah banyak. Diperkirakan 1:100 kelahiran. Prevalensi penderita autisme kini lebih banyak ketimbang anak-anak penyandang <i>sindroma down</i>, yang ditandai dengan muka Mongoloid.<br /><br />Temuan Scherer menyingkirkan dugaan-dugaan penyebab autisme yang selama ini mendominasi. Ada yang bilang, autisme merupakan dampak buruk merkuri. Bahkan sejumlah vaksin dan obat-obatan pernah disebut-sebut sebagai penyebab autisme.<br /><br />Teori itu tidak mengada-ada, karena kadar merkuri dalam darah penyandang autisme cukup tinggi. Bahkan sebuah penelitian menemukan, kadar merkuri pada rambut anak autis cukup tinggi. Ada peneliti yang mementahkan teori itu, tapi banyak yang mengiyakan.<br /><br />Dugaan lain, autisme disebabkan oleh faktor pemberian nutrisi sewaktu bayi masih di dalam kandungan. Makanan yang mengandung bahan pengawet yang dikonsumsi ibu hamil berpengaruh terhadap pertumbuhan janin.<br /><br />"Makanan yang mengandung bahan pengawet, seperti makanan cepat saji, sangat buruk bagi pertumbuhan janin. Makanan laut yang tercemar merkuri juga berbahaya bagi janin," kata Dokter Nining Febriana kepada Ari Sulistyo dari Gatra.<br /><br />Selain makanan instan, ditemukan banyak unsur kasein dan gluterin pada tubuh pasien autisme. Kasein banyak terdapat pada susu sapi, sedangkan gluterin pada terigu. Maka, penyandang autisme dilarang mengonsumsi susu sapi dan makanan yang terbuat dari tepung terigu.<br /><br />"Jika itu dipatuhi, jumlah anak autis berangsur-angsur bisa berkurang," ujar Nining. Menanggapi temuan Scherer, Nining mengatakan bahwa faktor genetik dulu memang menjadi dugaan. Segala kemungkinan faktor penyebab autisme masih bisa muncul, termasuk faktor genetik.<br /><br />Dokter Tjin Wiguna, psikiater anak pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, juga mengamini soal peran kelainan genetik. Ada kemungkinan, keluarga yang punya anak autis akan memiliki anak lagi yang kena penyakit yang sama. "Risikonya 3% lebih tinggi ketimbang dari keluarga normal," katanya. Namun belum dapat digeneralisasi bahwa semua kasus anak autis terjadi karena kelainan gen.<br /><br />Aries Kelana dan Elmy Diah Larasati<br />[Kesehatan, Gatra edisi 16 Beredar Kamis, 1 Maret 2007]</span> </span><div><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; border-collapse: collapse; "><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; border-collapse: collapse; "><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; border-collapse: collapse; ">sumber : <a href="http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/anak/autis130307.htm">klik</a></span></div>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-30422774754563821382010-03-30T21:47:00.000+07:002010-03-30T21:49:35.835+07:00ALERGI MAKANAN DAN AUTISME<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; "><p class="MsoNormal" align="center" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: center; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Dr Widodo Judarwanto SpA<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" align="center" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: center; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Children Allergy Center, Rumah Sakit Bunda Jakarta<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-family: Arial; color: black; "> <o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">1. Pendahuluan<o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoBodyText2" style="font-family: 'Comic Sans MS'; font-size: 11pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: bold; color: blue; text-align: justify; "><span style="font-family: Arial; color: black; font-weight: normal; "><span> </span>Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri atau luar negeri menunjukkan bahwa angka kejadian alergi terus meningkat tajam beberapa tahun terahkir. Tampaknya<span> </span>alergi merupakan kasus yang cukup mendominasi kunjungan penderita di klinik rawat jalan Pelayanan Kesehatan Anak.</span><span style="font-family: Arial; color: black; "><span> </span><o:p></o:p></span></p><p class="MsoBodyText2" style="font-family: 'Comic Sans MS'; font-size: 11pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: bold; color: blue; text-align: justify; "><span style="font-family: Arial; color: black; font-weight: normal; "><span> </span>Alergi pada anak dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Terakhir terungkap bahwa alergi ternyata bisa mengganggu fungsi otak, sehingga sangat mengganggu perkembangan anak Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya, karena alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita termasuk gangguan fungsi otak. Gangguan fungsi otak itulah maka timbul ganguan perkembangan dan perilaku pada anak seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, keterlambatan bicara, gangguan konsentrasi hingga autism.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoBodyText2" style="font-family: 'Comic Sans MS'; font-size: 11pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: bold; color: blue; text-align: justify; "><span style="font-family: Arial; color: black; font-weight: normal; "><span> </span>Autism dan berbagai spektrum gejalannya adalah gangguan perilaku anak yang paling banyak diperhatikan dan kasusnya ada kecenderungan meningkat dalam waktu terakhir ini. Autism diyakini beberapa peneliti sebagai kelainan anatomis pada otak secara genetik. Terdapat beberapa hal yang dapat memicu timbulnya autism tersebut, termasuk pengaruh makanan atau alergi makanan.</span><span style="font-family: Arial; "><span> </span></span><span style="font-family: Arial; color: black; font-weight: normal; "><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; "> <o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">2.ALERGI<span> </span>MAKANAN<span> </span><o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0.25in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; "><span> </span><o:p></o:p></span></p><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; "><span> </span>Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan.<span> </span>Dalam beberapa kepustakaan alergi makanan dipakai untuk menyatakan suatu reaksi terhadap makanan yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe I dan hipersensitifitas terhadap makanan yang dasaranya adalah reaksi hipersensitifitas tipe III dan IV.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Tidak semua reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan merupakan reaksi alergi murni, tetapi banyak dokter atau masyarakat awam menggunakan istilah alergi makanan untuk semua reaksi yang tidak diinginkan dari makanan, baik yang imunologik atau non imunologik. Batasan lebih jelas dibuat oleh American Academy of Allergy and immunology,The National Institute of Allergy and infections disease<span> </span>yaitu<o:p></o:p></span></p><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Symbol; color: black; ">·<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Reaksi simpang makanan (Adverse food reactions)<o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Istilah umum untuk reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan yang ditelan. Reaksi ini dapat merupakan reaksi sekunder terhadap alergi makanan (hipersensitifitas) atau intoleransi makanan.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Symbol; color: black; ">·<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Allergy makanan (Food Allergy)<o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Alergi makanan adalah reaksi imunologik yang menyimpang. Sebagian besar reaksi ini melalui reaksi hipersensitifitas tipe 1.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Symbol; color: black; ">·<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Intoleransi Makanan (Food intolerance)<o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Intoleransi makanan adalah reaksi makanan nonimunologik dan merupakan sebagian besar penyebab reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan. Reaksi ini dapat disebabkan oleh zat yang terkandung dalam makanan karena kontaminasi toksik (misalnya toksin yang disekresi oleh Salmonella, Campylobacter dan Shigella, histamine pada keracunan ikan), zat farmakologik yang terkandung dalam makanan misalnya tiramin pada keju, kafein pada kopi atau kelainan pada pejamu sendiri seperti defisiensi lactase, maltase<span> </span>atau respon idiosinkrasi pada pejamu<o:p></o:p></span></p><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 0.25in; "><span lang="DA" style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Tanda dan gejala alergi makanan Keluhan alergi sering sangat misterius, sering berulang, berubah-ubah datang dan pergi tidak menentu. Kadang minggu ini sakit tenggorokan, minggu berikutnya sakit kepala, pekan depannya diare selanjutrnya sulit makan hingga berminggu-minggu. Bagaimana keluhan yang berubah-ubah dan misterius itu terjadi. Ahli alergi modern berpendapat serangan alergi atas dasar <i>target organ </i>(organ sasaran).</span><span lang="DA" style="font-size: 11pt; font-family: Arial; "><o:p></o:p></span></p><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 0.25in; "><span lang="DA" style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Reaksi alergi merupakan manifestasi klinis yang disebabkan karena proses alergi pada seseorang anak yang dapat menggganggu semua sistem tubuh dan organ tubuh anak.. Organ tubuh atau sistem tubuh tertentu mengalami gangguan atau serangan lebih banyak dari organ yang lain. Mengapa berbeda, hingga saat ini masih belum banyak terungkap. Gejala tergantung dari organ atau sistem tubuh , bisa terpengaruh bisa melemah. Jika organ sasarannya paru bisa menimbulkan batuk atau sesak, bila pada kulit terjadi dermatitis atopik. Tak terkecuali otakpun dapat terganggu oleh reaksi alergi. Apalagi organ terpeka pada manusia adalah otak. </span><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Sehingga dapat dibayangkan banyaknya gangguan yang bisa terjadi.</span><span lang="DA" style="font-size: 11pt; font-family: Arial; "><o:p></o:p></span></p><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; "> <o:p></o:p></span></p><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span lang="ES-CO" style="font-family: Arial; color: black; ">Tabel 1. MANIFESTASI ALERGI PADA BAYI BARU LAHIR HINGGA 1 TAHUN</span></b><span lang="ES-CO" style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; "><o:p></o:p></span></p><table border="1" cellspacing="0" cellpadding="0" width="849" style="width: 509.4pt; border-collapse: collapse; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; border-width: initial; border-color: initial; "><tbody><tr><td width="39" valign="top" style="width: 23.4pt; border-top-style: solid; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-left-style: solid; border-top-color: windowtext; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-left-color: windowtext; border-top-width: 0.5pt; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(229, 229, 229); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "> <span lang="ES-CO" style="font-family: Arial; color: black; "><o:p></o:p></span></p></td><td width="285" valign="top" style="width: 171pt; border-top-style: solid; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-top-color: windowtext; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-top-width: 0.5pt; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(153, 153, 153); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" align="center" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: center; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">ORGAN/SISTEM TUBUH<o:p></o:p></span></b></p></td><td width="525" valign="top" style="width: 315pt; border-top-style: solid; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-top-color: windowtext; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-top-width: 0.5pt; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(153, 153, 153); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" align="center" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: center; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">GEJALA DAN TANDA<o:p></o:p></span></b></p></td></tr><tr style="height: 29.65pt; "><td width="39" valign="top" style="width: 23.4pt; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-left-style: solid; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-left-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-width: 0.5pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; height: 29.65pt; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">1<o:p></o:p></span></p></td><td width="285" valign="top" style="width: 171pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(178, 178, 178); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; height: 29.65pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">Sistem Pernapasan<o:p></o:p></span></b></p></td><td width="525" valign="top" style="width: 315pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(242, 242, 242); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; height: 29.65pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: black; ">Bayi lahir dengan sesak (Transient Tachipneu Of The newborn), cold-like respiratory congestion (napas berbunyi/g<i>rok-grok</i>).<o:p></o:p></span></p></td></tr><tr><td width="39" valign="top" style="width: 23.4pt; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-left-style: solid; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-left-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-width: 0.5pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">2<o:p></o:p></span></p></td><td width="285" valign="top" style="width: 171pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(178, 178, 178); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">Sistem Pencernaan<o:p></o:p></span></b></p></td><td width="525" valign="top" style="width: 315pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(242, 242, 242); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; "><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: black; ">sering rewel/colic malam hari, hiccups (cegukan), sering “ngeden”, sering <i>mule</i>t, meteorismus,<span> </span>muntah, sering flatus,<span> </span>berak berwarna hitam atau hijau, berak timbul warna darah. Lidah sering berwarna putih. Hernia umbilikalis, scrotalis atau inguinalis.<span> </span><o:p></o:p></span></p></td></tr><tr><td width="39" valign="top" style="width: 23.4pt; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-left-style: solid; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-left-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-width: 0.5pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">3<o:p></o:p></span></p></td><td width="285" valign="top" style="width: 171pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(178, 178, 178); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">Telinga Hidung Tenggorok<o:p></o:p></span></b></p></td><td width="525" valign="top" style="width: 315pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(242, 242, 242); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; "><span lang="DA" style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: black; ">Sering bersin, Hidung berbunyi, kotoran hidung berlebihan. Cairan telinga berlebihan. Tangan sering menggaruk atau memegang telinga.<o:p></o:p></span></p></td></tr><tr><td width="39" valign="top" style="width: 23.4pt; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-left-style: solid; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-left-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-width: 0.5pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">3<o:p></o:p></span></p></td><td width="285" valign="top" style="width: 171pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(178, 178, 178); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span lang="ES-CO" style="font-family: Arial; color: black; ">Sistem Pembuluh<span> </span>Darah dan jantung<o:p></o:p></span></b></p></td><td width="525" valign="top" style="width: 315pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(242, 242, 242); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span lang="ES-CO" style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: black; ">Palpitasi, flushing (muka ke merahan), nyeri dada, colaps, pingsan, tekanan darah rendah<o:p></o:p></span></p></td></tr><tr><td width="39" valign="top" style="width: 23.4pt; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-left-style: solid; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-left-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-width: 0.5pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">4<o:p></o:p></span></p></td><td width="285" valign="top" style="width: 171pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(178, 178, 178); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">Kulit<o:p></o:p></span></b></p></td><td width="525" valign="top" style="width: 315pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(242, 242, 242); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; "><span lang="DA" style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: black; ">Erthema toksikum. Dermatitis atopik, diapers dermatitis.<span> </span></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: black; ">urticaria, insect bite,<span> </span>berkeringat berlebihan.<o:p></o:p></span></p></td></tr><tr><td width="39" valign="top" style="width: 23.4pt; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-left-style: solid; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-left-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-width: 0.5pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">5<o:p></o:p></span></p></td><td width="285" valign="top" style="width: 171pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(178, 178, 178); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">Sistem Saluran Kemih<o:p></o:p></span></b></p></td><td width="525" valign="top" style="width: 315pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(242, 242, 242); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: black; ">Sering kencing, nyeri kencing, <i>bed wetting</i> (ngompol) Frequent, urgent or painful urination; inability to control bladder; bedwetting; vaginal discharge; itching, swelling, redness or pain in genitals; painful intercourse.<o:p></o:p></span></p></td></tr><tr><td width="39" valign="top" style="width: 23.4pt; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-left-style: solid; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-left-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-width: 0.5pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">6<o:p></o:p></span></p></td><td width="285" valign="top" style="width: 171pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(178, 178, 178); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">Sistem Susunan Saraf Pusat<o:p></o:p></span></b></p></td><td width="525" valign="top" style="width: 315pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(242, 242, 242); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; "><span lang="DA" style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: black; ">Sensitif, sering kaget dengan rangsangan suara/cahaya, gemetar, bahkan hingga kejang.<o:p></o:p></span></p></td></tr><tr><td width="39" valign="top" style="width: 23.4pt; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-left-style: solid; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-left-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-width: 0.5pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">7<o:p></o:p></span></p></td><td width="285" valign="top" style="width: 171pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(178, 178, 178); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">Mata<o:p></o:p></span></b></p></td><td width="525" valign="top" style="width: 315pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(242, 242, 242); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span lang="ES-CO" style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: black; ">Mata berair, mata gatal, kotoran mata berlebihan, bintil pada mata, conjungtivitis vernalis.<o:p></o:p></span></p></td></tr></tbody></table><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span lang="ES-CO" style="font-size: 14pt; font-family: Arial; color: black; "> <o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span lang="ES-CO" style="font-family: Arial; color: black; ">Tabel 2. MANIFESTASI ALERGI PADA ANAK USIA LEBIH 1 TAHUN<o:p></o:p></span></b></p><table border="1" cellspacing="0" cellpadding="0" width="849" style="width: 509.4pt; border-collapse: collapse; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; border-width: initial; border-color: initial; "><tbody><tr><td width="39" valign="top" style="width: 23.4pt; border-top-style: solid; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-left-style: solid; border-top-color: windowtext; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-left-color: windowtext; border-top-width: 0.5pt; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(229, 229, 229); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "> <span lang="ES-CO" style="font-family: Arial; color: black; "><o:p></o:p></span></p></td><td width="285" valign="top" style="width: 171pt; border-top-style: solid; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-top-color: windowtext; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-top-width: 0.5pt; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(153, 153, 153); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" align="center" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: center; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">ORGAN/SISTEM TUBUH<o:p></o:p></span></b></p></td><td width="525" valign="top" style="width: 315pt; border-top-style: solid; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-top-color: windowtext; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-top-width: 0.5pt; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(153, 153, 153); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" align="center" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: center; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">GEJALA DAN TANDA<o:p></o:p></span></b></p></td></tr><tr style="height: 29.65pt; "><td width="39" valign="top" style="width: 23.4pt; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-left-style: solid; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-left-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-width: 0.5pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; height: 29.65pt; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">1<o:p></o:p></span></p></td><td width="285" valign="top" style="width: 171pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(178, 178, 178); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; height: 29.65pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">Sistem Pernapasan<o:p></o:p></span></b></p></td><td width="525" valign="top" style="width: 315pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(242, 242, 242); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; height: 29.65pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: black; ">Batuk, pilek, bersin, mimisan, hidung buntu, sesak(astma), sering menggerak-gerakkan /mengusap-usap hidung<o:p></o:p></span></p></td></tr><tr style="height: 71.5pt; "><td width="39" valign="top" style="width: 23.4pt; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-left-style: solid; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-left-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-width: 0.5pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; height: 71.5pt; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">2<o:p></o:p></span></p></td><td width="285" valign="top" style="width: 171pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(178, 178, 178); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; height: 71.5pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">Sistem Pencernaan<o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; "> <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; "> <o:p></o:p></p></td><td width="525" valign="top" style="width: 315pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(242, 242, 242); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; height: 71.5pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; "><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: black; ">Nyeri perut, sering buang air besar (>3 kali/perhari), gangguan<span> </span>buang air besar (kotoran keras, berak, tidak setiap hari, berak di celana, berak berwarna hitam atau hijau, berak ngeden), kembung, muntah, sulit berak, sering<i>flatus</i>, sariawan, mulut berbau.<span> </span><span> </span><o:p></o:p></span></p></td></tr><tr><td width="39" valign="top" style="width: 23.4pt; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-left-style: solid; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-left-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-width: 0.5pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">3<o:p></o:p></span></p></td><td width="285" valign="top" style="width: 171pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(178, 178, 178); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">Telinga Hidung Tenggorok<o:p></o:p></span></b></p></td><td width="525" valign="top" style="width: 315pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(242, 242, 242); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: black; ">Hidung</span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: black; "> : Hidung buntu, bersin, hidung gatal, pilek, post nasal drip, epitaksis, salam alergi, <i>rabbit nose</i>, nasal creases<span> </span><span> </span><b style="font-weight: 800; color: blue; ">Tenggorok</b> :<span> </span>tenggorokan nyeri/kering/gatal,<span> </span>palatum gatal, suara parau/serak, batuk pendek (berdehem),<span> </span><b style="font-weight: 800; color: blue; ">Telinga </b>: telinga terasa penuh/ bergemuruh/berdenging, telinga bagian dalam gatal, nyeri telinga dengan gendang telinga kemerahan atau normal, gangguan pendengaran hilang timbul,<span> </span>terdengar suara lebih keras, akumulasi cairan di telinga tengah, pusing, gangguan keseimbangan</span><span style="font-size: 10pt; ">.</span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: black; "><o:p></o:p></span></p></td></tr><tr><td width="39" valign="top" style="width: 23.4pt; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-left-style: solid; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-left-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-width: 0.5pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">3<o:p></o:p></span></p></td><td width="285" valign="top" style="width: 171pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(178, 178, 178); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span lang="ES-CO" style="font-family: Arial; color: black; ">Sistem Pembuluh<span> </span>Darah dan jantung<o:p></o:p></span></b></p></td><td width="525" valign="top" style="width: 315pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(242, 242, 242); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span lang="ES-CO" style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: black; ">Palpitasi, flushing (muka ke merahan), nyeri dada, colaps, pingsan, tekanan darah rendah,<o:p></o:p></span></p></td></tr><tr><td width="39" valign="top" style="width: 23.4pt; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-left-style: solid; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-left-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-width: 0.5pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">4<o:p></o:p></span></p></td><td width="285" valign="top" style="width: 171pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(178, 178, 178); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">Kulit<o:p></o:p></span></b></p></td><td width="525" valign="top" style="width: 315pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(242, 242, 242); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; "><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: black; ">Sering gatal, dermatitis, urticaria, bengkak di bibir, lebam biru kehitaman, bekas hitam seperti digigit nyamuk,<span> </span>berkeringat berlebihan.<o:p></o:p></span></p></td></tr><tr><td width="39" valign="top" style="width: 23.4pt; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-left-style: solid; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-left-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-width: 0.5pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">5<o:p></o:p></span></p></td><td width="285" valign="top" style="width: 171pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(178, 178, 178); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span lang="DA" style="font-family: Arial; color: black; ">Sistem Saluran Kemih dan kelamin<o:p></o:p></span></b></p></td><td width="525" valign="top" style="width: 315pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(242, 242, 242); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span lang="DA" style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: black; ">Nyeri, <i>urgent</i> atau sering kencing, nyeri kencing, <i>bed wetting</i> (ngompol); tidak mampu mengintrol kandung kemih; mengeluarkan cairan di vagina; gatal, bengkak atau nyeri pada alat kelamin. </span><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: black; ">Sering timbul infeksi saluran kencing<o:p></o:p></span></p></td></tr><tr><td width="39" valign="top" style="width: 23.4pt; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-left-style: solid; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-left-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-width: 0.5pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">6<o:p></o:p></span></p></td><td width="285" valign="top" style="width: 171pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(178, 178, 178); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">Sistem Susunan Saraf Pusat<o:p></o:p></span></b></p></td><td width="525" valign="top" style="width: 315pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(242, 242, 242); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; "><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: black; ">NEUROANATOMIS :Sering sakit kepala, migrain, kejang gangguan tidur.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; "><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: black; ">NEUROANATOMIS FISIOLOGIS: Gangguan perilaku : emosi berlebihan, agresif, impulsive, overaktif, gangguan belajar, gangguan konsentrasi, gangguan koordinasi, hiperaktif hingga autisme.<o:p></o:p></span></p></td></tr><tr><td width="39" valign="top" style="width: 23.4pt; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-left-style: solid; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-left-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-width: 0.5pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">6<o:p></o:p></span></p></td><td width="285" valign="top" style="width: 171pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(178, 178, 178); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">Jaringan otot dan tulang<o:p></o:p></span></b></p></td><td width="525" valign="top" style="width: 315pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(242, 242, 242); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span lang="DA" style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: black; ">Nyeri tulang, nyeri otot, bengkak di leher<o:p></o:p></span></p></td></tr><tr><td width="39" valign="top" style="width: 23.4pt; border-right-style: solid; border-bottom-style: solid; border-left-style: solid; border-right-color: windowtext; border-bottom-color: windowtext; border-left-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; border-bottom-width: 0.5pt; border-left-width: 0.5pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">7<o:p></o:p></span></p></td><td width="285" valign="top" style="width: 171pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(178, 178, 178); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">Mata<o:p></o:p></span></b></p></td><td width="525" valign="top" style="width: 315pt; border-top-style: none; border-top-width: initial; border-top-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: initial; border-left-color: initial; border-bottom-style: solid; border-bottom-color: windowtext; border-bottom-width: 0.5pt; border-right-style: solid; border-right-color: windowtext; border-right-width: 0.5pt; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: rgb(242, 242, 242); padding-top: 0in; padding-right: 5.4pt; padding-bottom: 0in; padding-left: 5.4pt; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; "><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span lang="ES-CO" style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: black; ">Mata berair, mata gatal, sering belekan, bintil pada mata. Allergic shiner (kulit di bawah mata tampak ke hitaman).<o:p></o:p></span></p></td></tr></tbody></table><p class="MsoNormal" align="center" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: center; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span lang="ES-CO" style="font-size: 14pt; font-family: Arial; color: black; "> <o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span lang="ES-CO" style="font-family: Arial; color: black; "> <o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span lang="ES-CO" style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">3. HUBUNGAN AUTISME DAN ALERGI<o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; text-indent: 0.5in; "><span lang="ES-CO" style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial<b style="font-weight: 800; color: blue; ">. </b>Autism hingga saat ini masih belum jelas penyebabnya. Dari berbagai penelitian klinis hingga saat ini masih belum terungkap den</span><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">gan pasti penyebab autisme. Secara ilmiah telah dibuktikan bahwa Autisme adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh muktifaktorial<span> </span>dengan banyak ditemukan kelainan pada tubuh penderita. Beberapa ahli menyebutkan autisme disebabkan karena terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Terdapat juga pendapat seorang ahli bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autisme.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; text-indent: 0.5in; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Tetapi beberapa penelitian menunjukkan keluhan autism dipengaruhi dan diperberat<span> </span>oleh banyak hal, salah satunya karena manifestasi alergi. </span><span lang="DA" style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Renzoni A dkk tahun 1995 melaporkan autism<span> </span>berkaitan erat dengan alergi. Menage P tahun 1992 mengemukakan bahwa didapatkan kaitan IgE dengan penderita Autism.</span><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; "><o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; text-indent: 0.5in; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Obanion dkk 1987 melaporkan setelah melakukan eliminasi makanan beberapa gfejala autisme tampak membaik secara bermakna. Hal ini dapat juga dibuktikan dalam beberapa penelitian yang menunjukkan adanya perbaikan<span> </span>gejala pada<span> </span>anak autism yang menderita alergi, setelah dilakukan penanganan elimnasi diet alergi.<span> </span></span><span lang="DA" style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Beberapa laporan lain mengatakan bahwa gejala autism semakin buruk bila manifestasi alergi itu timbul.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span lang="DA" style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; "> <o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span lang="ES-CO" style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">4. PROSES TERJADINYA PENGARUH ALERGI TERHADAP AUTISME <span> </span><o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span lang="ES-CO" style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; "><span> </span></span></b><span lang="ES-CO" style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Hubungan alergi makanan dan Autisme dapat dijelaskan karena adanya pengaruh alergi makanan terhadap fungsi otak.<b style="font-weight: 800; color: blue; "> </b>Patofisiologi dan patogenesis( proses terjadinya penyakit) <span> </span>alergi mengganggu sistem susunan saraf pusat khususnya fungsi otak masih belum banyak terungkap. Namun ada beberapa kemungkinan mekanisme yang bisa dijelaskan, diantaranya adalah :<b style="font-weight: 800; color: blue; "><o:p></o:p></b></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.75in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; "><span lang="ES-CO" style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; "> <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span lang="ES-CO" style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">ALERGI MENGGANGGU ORGAN SASARAN<o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Alergi adalah suatu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi cepat dan lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang kompleks<span> </span>dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pengontrol internal. Berbagai sel mast, basofil, eosinofil, limfosit dan molekul seperti IgE, mediator sitokin, kemokin merupakan komponen yang berperanan inflamasi.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; text-indent: 0.5in; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Gejala klinis terjadi karena reaksi imunologik melalui pelepasan beberapa mediator tersebut dapat <span> </span>mengganggu organ tertentu yang disebut organ sasaran. Organ sasaran tersebut misalnya paru-paru maka manifestasi klinisnya adalah batuk atau asma bronchial, bila sasarannya kulit akan terlihat sebagai urtikaria, bila organ sasarannya saluran pencernaan maka gejalanya adalah diare dan sebagainya. Sistem Susunan Saraf Pusat atau otak juga dapat sebagai organ sasaran, apalagi otak adalah merupakan organ tubuh yang sensitif dan lemah. Sistem susunan saraf pusat adalah merupakan pusat koordinasi tubuh dan fungsi luhur. Maka bisa dibayangkan kalau otak terganggu maka banyak kemungkinan manifestasi klinik ditimbulkannya termasuk gangguan perilaku pada anak. Apalagi pada alergi sering terjadi proses inflamasi kronis yang kompleks.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; "> <o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">TEORI ABDOMINAL BRAIN DAN ENTERIC NERVOUS SYSTEM<o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Pada alergi dapat menimbulkan gangguan pencernaan baik karena kerusakan dinding saluran pencernan atau karena disfungsi sistem imun itu sendiri. Sedangkan gangguan pencernaan itu sendiri ternyata dapat mempengaruhi system susunan saraf pusat<span> </span>termasuk fungsi otak.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Teori gangguan pencernaan<span> </span>berkaitan dengan Sistem susunan saraf pusat saat ini sedang menjadi perhatian utama kaum klinisi. Penelitian secara neuropatologis dan imunoneurofisiologis banyak dilaporkan. Teori inilah juga yang menjelaskan tentang salah satu mekanisme terjadinya gangguan perilaku seperti autism melalui Intestinal Hypermeability atau dikenal dengan Leaky Gut Syndrome. Golan dan Strauss tahun 1986<span> </span>melaporkan adanya Abdominal epilepsy, yaitu adanya gangguan pencernaan yang dapat mengakibatkan epilepsi.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; "> <o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">KETERKAITAN HORMONAL DENGAN ALERGI<o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Keterkaitan hormon dengan peristiwa alergi dilaporkan oleh banyak<span> </span>penelitian. Sedangatan perubahan hormonal itu sendiri tentunya dapat mengakibatkan manifestasi klinik tersendiri.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; text-indent: 0.5in; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Lynch JS tahun 2001 mengemukakan bahwa pengaruh hormonal juga terjadi pada penderita rhinitis alergika pada kehamilan. Sedangkan<span> </span>Landstra dkk tahun 2001 melaporkan terjadi perubahan penurunan secara bermakna hormone cortisol pada penderita asma bronchial saat malam hari.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; text-indent: 0.5in; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Penemuan bermakna<span> </span>dilaporkan Kretszh dan konitzky 1998, bahwa hormon alergi mempengarugi beberapa manifestasi klinis sepereti endometriosis dan premenstrual syndrome. Beberapa laporan lainnya menunjukkan keterkaitan alergi dengan perubahan hormonal diantaranya adalah cortisol, metabolic, progesterone dan adrenalin.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; text-indent: 0.5in; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Pada penderita alergi didapatkan penurunan hormon kortisol, esterogen dan metabolik. Penurunan hormone cortisol dapat menyebabkan allergy fatigue stresse, sedangkan penurunan hormone metabolic dapat mengakibatkan perubahan berat badan yang bermakna. Hormona lain uang menurun adalah hormone esterogen.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; text-indent: 0.5in; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Alergi juga dikaitkan dengan peningkatan hormone adrenalin dan progesterone. Peningkatan hormon adrenalin menimbulkan manifestasi klinis mood swing, dan kecemasan. </span><span lang="DA" style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Sedangkan penongkatan hormone progesterone mengakibatkan gangguan kulit, Pre menstrual Syndrome, Fatigue dan kerontokan rambut.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; text-indent: 0.5in; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; "><span><span style="position: absolute; z-index: 0; margin-left: 0px; margin-top: 0px; width: 493px; height: 324px; "><img width="493" height="324" src="http://puterakembara.org/rm/Alergi3_files/image002.jpg" shapes="_x0000_s1168" /></span><img width="493" height="324" src="http://puterakembara.org/rm/Alergi3_files/image003.gif" shapes="_x0000_i1025" /></span><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; text-indent: 0.5in; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Gambar 1 . Beberapa Hormon yang berkaitan dengan alergi dan gejalanya<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" align="center" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: center; text-indent: 0.5in; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; "> <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">5. PENATALAKSANAAN<o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 0.5in; "><span lang="ES-CO" style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Penanganan alergi pada anak haruslah dilakukan secara benar, paripurna dan berkesinambungan. </span><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam penanganan alergi, tetapi yang paling ideal adalah menghindari penyebab yang bisa menimbulkan keluhan alergi tersebut.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 1.5pt; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; text-indent: 34.5pt; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Diagnosis pasti alergi makanan tidak dapat ditegakkan hanya dengan tes alergi baik tes kulit, RAST, atau pemeriksaan alergi lainnya. Pemeriksaan tersebut mempunyai keterbatasan dalam sensitifitas dan spesifitas, sehingga validitasnya tidak terlalu baik. Jadi tidak boleh menghindari makanan penyebab alergi atas dasar tes alergi tersebut.<span> </span>Untuk memastikan makanan penyebab alergi harus menggunakan Provokasi makanan secara buta (Double blind placebo control food chalenge = DBPCFC) Makanan penderita dieliminasi selama 2-3 minggu dalam diet sehari-hari. Setelah 3 minggu bila keluhannya menghilang maka dilanjutkan dengan provokasi makanan yang dicurigai. Setelah itu dilakukan diet provokasi 1 bahan makanan dalam 1 minggu bila timbul gejala dicatat. Disebut sebagai penyebab alergi bila dalam 3 kali provokasi menimbulkan gejala Diagnosis pasti alergi makanan tidak dapat ditehakkan dengan tes alergi baik tes kulit, RAST, atau pemeriksaan alergi lainnya. Untuk memastikan makanan penyebab alergi harus menggunakan Provokasi makanan secara buta (Double blind placebo control food chalenge = DBPCFC) Makanan penderita dieliminasi selama 2-3 minggu dalam diet sehari-hari. Setelah 3 minggu bila keluhannya menghilang maka dilanjutkan dengan provokasi makanan yang dicurigai. Setelah itu dilakukan diet provokasi 1 bahan makanan dalam 1 minggu bila timbul gejala dicatat. Disebut sebagai penyebab alergi bila dalam 3 kali provokasi menimbulkan gejala<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 1.5pt; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; text-indent: 34.5pt; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Penanganan khusus alergi pada anak dengan gangguan Spektrum Autisme harus melibatkan beberapa disiplin ilmu lainnya. Bila perlu dikonsultasikan pada bidang alergi anak, Neurology anak, psikiater anak, tumbuh kembang, endokrinologi anak dan gastroenterologi anak. Namun bila pendapat dari beberapa ahli tersebut bertentangan dan manifestasi alergi lainnya jelas pada anak tersebut, maka tidak ada salahnya kita lakukan penatalaksanaan alergi makanan dengan “eliminasi terbuka”. </span><span lang="ES-CO" style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Eliminasi makanan<span> </span>tersebut dievaluasi setelah 3 minggu dengan memakai catatan harian. Bila gangguan perkembangan dan perilaku tersebut terdapat perbaikkan maka dapat dipastikan bahwa gangguan tersebut penyebab atau pencetusnya adalah alergi makanan.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; "> <o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">6. PROGNOSIS<o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; "><span> </span></span><span lang="ES-CO" style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Alergi makanan biasanya akan membaik pada usia tertentu. Setelah usia 2 tahun biasanya imaturitas saluran cerna akan membaik. Sehingga setelah usia tersebut gangguan saluran cerna karena alergi makanan juga akan ikut berkurang. Bila gangguan saluran cerna akan membaik maka biasanya gangguan perilaku yang terjadipun akan berkurang. Selanjutnya pada usia di atas 5 atau 7 tahun<span> </span>alergi makananpun akan berkurang secara bertahap. Perbaikan gejala alergi makanan dengan bertambahnya usia inilah yang menggambarkan bahwa gejala Autismepun biasanya akan tampak mulai membaik sejak<span> </span>periode usia tersebut. Meskipun alergi makanan tertentu biasanya akan menetap sampai dewasa, seperti udang, kepiting atau kacang tanah.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">7. PENUTUP<o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 0.5in; "><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Permasalahan alergi pada anak tampaknya tidak sesederhana seperti yang diketahui. Sering berulangnya penyakit, demikian luasnya sistem tubuh yang terganggu dan bahaya komplikasi yang terjadi termasuk pengaruh ke otak. Pengaruh alergi makanan ke otak tersebut adalah sebagai salah satu faktor pemicu penyakit Autisme.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoBodyTextIndent2" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 6pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 0.5in; "><span lang="ES-CO" style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; ">Eliminasi makanan tertentu dapat mengurangi gangguan perilaku pada penderita Autisme. Diagnosis pasti alergi makanan hanya dipastikan dengan cara eliminasi provokasi makanan. Penghindaran makanan penyebab alergi tidak dapat dilakukan hanya atas dasar hasil tes kulit alergi atau tes alergi lainnya, karena keterbatasan pemeriksaan tersebut.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; "><span lang="ES-CO" style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; "><span> </span>Dengan melakukan deteksi dini gejala alergi dan gejala gangguan perkembangan dan perilaku maka pengaruh alergi terhadap otak dapat diminimalkan.<span> </span><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; "><span lang="ES-CO" style="font-size: 11pt; font-family: Arial; color: black; "> <o:p></o:p></span></p><h6 style="font-weight: bold; font-size: 12pt; font-family: 'Times New Roman'; margin-right: 0in; margin-left: 0in; color: white; background-color: rgb(51, 102, 204); margin-top: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; page-break-after: avoid; "><span style="font-family: Arial; color: black; ">8. Daftar Pustaka<o:p></o:p></span></h6><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; font-weight: 600; color: blue; "><span style="font-size: 9pt; "> <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">1.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">Reingardt D, Scgmidt E</span></b><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">. Food Allergy.Newyork:Raven Press,1988.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">2.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">Landstra AM, Postma DS, Boezen HM, van Aalderen WM.</span></b><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; "> Role of serum cortisol levels in children with asthma. Am J Respir Crit Care Med 2002 Mar 1;165(5):708-12<span> </span>Related Articles, Books, LinkOut<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">3.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">Kretszh, Konitzky</span></b><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">. Differential Behavior Effects of Gonadal Steroids in Women And In Those Without Premenstrual<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">4.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">Lynch JS.</span></b><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; "> Hormonal influences on rhinitis in women. Program and abstracts of 4th Annual Conference of the National Association of Nurse Practitioners in Women's Health. October 10-13, 2001; Orlando, Florida. Concurrent Session K New England Journal of Medicine 1998:1246142-156.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">5.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">Bazyka AP, Logunov VP.</span></b><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; "> Effect of allergens on the reaction of the central and autonomic nervous systems in sensitized patients with various dermatoses]</span><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; "> Vestn Dermatol Venerol 1976 Jan;(1):9-14<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">6.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">Stubner UP, Gruber D, Berger UE, Toth J, Marks B, Huber J, Horak F.</span></b><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; "> The influence of female sex hormones on nasal reactivity in seasonal allergic rhinitis. Allergy 1999 Aug;54(8):865-71<span> </span><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">7.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">Renzoni E, Beltrami V, Sestini P, Pompella A, Menchetti G, Zappella M.</span></b><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; "> Brief report: allergological evaluation of children with autism.: </span><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">J Autism Dev Disord 1995 Jun;25(3):327-33<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">8.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">Menage P, Thibault G, Martineau J, Herault J, Muh JP, Barthelemy C, Lelord G, Bardos P.</span></b><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; "> An IgE mechanism in autistic hypersensitivity?</span><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; "> .Biol Psychiatry 1992 Jan 15;31(2):210-2<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">9.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; ">Strel'bitskaia RF, Bakulin MP, Kruglov BV.</span></b><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; "> Bioelectric activity of cerebral cortex in children with asthma.Pediatriia 1975 Oct;(10):40-3.<span style="color: black; "><o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">10.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; ">O'Banion D, Armstrong B, Cummings RA, Stange J.</span></b><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; "> Disruptive behavior: a dietary approach. J Autism Child Schizophr 1978 Sep;8(3):325-37.<span style="color: black; "><o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">11.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; ">Egger, J et al</span></b><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; ">. Controlled trial of oligoantigenic treatment in the hyperkinetic syndrome. <i>Lancet (1) 1985: 540-5</i><span style="color: black; "><o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">12.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; ">Loblay, R & Swain, A.</span></b><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; "> Food intolerance <u>In</u> <i>Wahlqvist M and Truswell, A (Eds) Recent Advances in Clinical Nutrition. John Libby, London. 1086.pp.1659-177.</i><span style="color: black; "><o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">13.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">Rowe, K S & Rowe, K L.</span></b><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; "> Synthetic food colouring and behaviour: a dose-response effect in a double-blind, placebo-controled, repeated-measures study. <i>Journal of Paediatrics (125);1994;691-698.</i><o:p></o:p></span></p><p style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0px; margin-right: 0in; margin-bottom: 10px; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-indent: -0.25in; "><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">14.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span></b><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">Ward, N I. </span></b><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; "><span> </span>Assessment of chemical factors in relation to child hyperactivity. <i>J.Nutr.& Env.Med. (ABINGDON) 7(4);1997:333-342.</i><b style="font-weight: 800; color: blue; "><o:p></o:p></b></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">15.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">Overview Allergy Hormone. htpp://www.allergycenter/allergy Hormone.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">16.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">Allergy induced Behaviour Problems in chlidren . htpp://www.allergies/wkm/behaviour.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-align: justify; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">17.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">Brain allergic in Children.htpp://www.allergycenter/UCK/allergy.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">18.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">William H., Md Philpott, Dwight K., Phd Kalita, Dwight K. Kalita PhD, Linus Pauling PhD, Linus. Pauling, William H. Philpott MD.</span></b><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; "> Brain Allergies: The Psychonutrient and Magnetic Connections.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">19.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">Ray C, Wunderlich, Susan PPrwscott.</span></b><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; "> Allergy, Brains, and Children Coping. London.2003<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">20.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">Hall K.</span></b><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; "> Allergy of the nervous system : a reviewAnn Allergy 1976 Jan;36(1):49-64.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0in; margin-right: 0in; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">21.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">Doris J Rapp.</span></b><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; "> Allergies and the Hyperactive Child<o:p></o:p></span></p><p style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0px; margin-right: 0in; margin-bottom: 10px; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">22.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman'; "> </span></span><b style="font-weight: 800; color: blue; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; ">Bentley D, Katchburian A, Brostoff J.</span></b><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; "> Abdominal migraine and food sensitivity in children. Clinical Allergy 1984;14:499-500.<span> </span></span></p><p style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0px; margin-right: 0in; margin-bottom: 10px; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-indent: -0.25in; "><span style="font-size: 9pt; font-family: Arial; color: black; "><span><br /></span></span></p><p style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0px; margin-right: 0in; margin-bottom: 10px; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-indent: -0.25in; "><span class="Apple-style-span" style="font-family:Arial;font-size:100%;color:#000000;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 12px;"><br /></span></span></p><p style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt; margin-top: 0px; margin-right: 0in; margin-bottom: 10px; margin-left: 0.5in; font-weight: 600; color: blue; text-indent: -0.25in; "><span class="Apple-style-span" style="font-family:Arial;font-size:100%;color:#000000;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 12px;">sumber : puterakembara.org</span></span></p></span>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-90699859067338670672010-03-30T21:45:00.000+07:002010-03-30T21:46:45.164+07:00PENCEGAHAN AUTIS PADA BAYI<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; ">DEFENISI<br />Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada bayi atau anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.<br />Dengan adanya metode diagnosis yang kian berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang ditemukan terkena Autis akan semakin meningkat pesat. Jumlah penyandang autis semakin mengkhawatirkan mengingat sampai saat ini penyebab autis masih misterius dan menjadi bahan perdebatan diantara para ahli dan dokter di dunia. Autis adalah gangguan yang dipengaruhi oleh multifaktorial. Tetapi sejauh ini masih belum terdapat kejelasan secara pasti mengenai penyebab dan faktor resikonya.<br />Dalam keadaan seperti ini, strategi pencegahan yang dilakukan masih belum optimal. Sehingga saat ini tujuan pencegahan mungkin hanya sebatas untuk mencegah agar gangguan yang terjadi tidak lebih berat lagi, bukan untuk menghindari kejadian autis.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />PENDAHULUAN<br />Kata autis berasal dari bahasa Yunani "auto" berarti sendiri yang ditujukanpada seseorang yang menunjukkan gejala "hidup dalam dunianya sendiri". Pada umumnya penyandang autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya).<br />Pemakaian istilah autis kepada penyandang diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner, seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic Disturbance of Affective Contact) pada tahun 1943 berdasarkan pengamatan terhadap 11 penyandang yang menunjukkan gejala kesulitan berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa dan cara berkomunikasi yang aneh.<br />Autis dapat terjadipada semua kelompok masyarakat kaya miskin, di desa dikota, berpendidikan maupun tidak serta pada semua kelompok etnis dan budaya di dunia. Sekalipun demikian anak-anak di negara maju pada umumnya memiliki kesempatan terdiagnosis lebih awal sehingga memungkinkan tatalaksana yang lebih dini dengan hasil yang lebih baik.<br />Jumlah anak yang terkena autis makin bertambah. Di Kanada dan Jepang pertambahan ini mencapai 40 persen sejak 1980. Di California sendiri pada tahun 2002 di-simpulkan terdapat 9 kasus autis per-harinya. Dengan adanya metode diagnosis yang kian berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang ditemukan terkena Autisme akan semakin besar. Jumlah tersebut di atas sangat mengkhawatirkan mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih misterius dan menjadi bahan perdebatan diantara para ahli dan dokter di dunia.Di Amerika Serikat disebutkan autis terjadi pada 60.000 - 15.000 anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain menyebutkan prevalens autisme 10-20 kasus dalam 10.000 orang, bahkan ada yang mengatakan 1 diantara 1000 anak. Di Inggris pada awal tahun 2002 bahkan dilaporkan angka kejadian autisma meningkat sangat pesat, dicurigai 1 diantara 10 anak menderita autis. Perbandingan antara laki dan perempuan adalah 2,6 - 4 : 1, namun anak perempuan yang terkena akan menunjukkan gejala yang lebih berat. Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta, hingga saat ini belum diketahui berapa persisnya jumlah penyandang namun diperkirakan jumlah anak austima dapat mencapai 150 -- 200 ribu orang.<br /><br />PENYEBAB AUTIS<br />Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan autis disebabkan karena multifaktorial. Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autis.<br />Beberapa teori yang didasari beberapa penelitian ilmiah telah dikemukakan untuk mencari penyebab dan proses terjadinya autis. Beberapa teori penyebab autis adalah : Genetik (heriditer), teori kelebihan Opioid, teori Gulten-Casein (celiac), kolokistokinin, teori oksitosin Dan Vasopressin, teori metilation, teori Imunitas, teori Autoimun dan Alergi makanan, teori Zat darah penyerang kuman ke Myelin Protein Basis dasar, teori Infeksi karena virus Vaksinasi, teori Sekretin, teori kelainan saluran cerna (Hipermeabilitas Intestinal/Leaky Gut), teori paparan Aspartame, teori kekurangan Vitamin, mineral nutrisi tertentu dan teori orphanin Protein: Orphanin</span><div><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; "><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; "><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; ">sumber : <a href="http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/02/pencegahan-autis-pada-bayi.html">klik</a></span></div>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-21434303159840415362010-03-30T21:44:00.000+07:002010-03-30T21:45:42.063+07:00Penanganan Tepat pada Anak Autisme<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; color: rgb(51, 51, 51); line-height: 19px; "><strong>AUTISME</strong> atau disebut dengan<em>Autistic Spectrum Disorder</em> (ASD), hingga kini belum diketahui secara pasti penyebabnya. Meski demikian, saat ini sudah ada beberapa langkah tepat untuk penderita autis agar dapat memiliki kemampuan bersosialisasi, bertingkah laku, dan berbicara.<br /><br />Anak yang menderita autis sebenarnya dapat diketahui sejak usia dini. Karena umumnya gangguan ini muncul sebelum anak berusia tiga tahun. Hanya kebanyakan orangtua kurang <em>aware</em>dengan gejala yang timbul pada anaknya hingga usia empat tahun.<br /><br />Padahal pada usia tersebut, anak sudah larut dengan dunianya sendiri sehingga tidak bisa berkomunikasi dan berinterkasi dengan teman-teman dan lingkungannya. Ketika kondisi tersebut terlambat diketahui, maka langkah utama yang harus dilakukan ialah memfokuskan kelebihan anak di bidang tertentu yang dikuasainya.<br /><br />Nah, kunci sukses untuk membantu para orangtua atau keluarga agar penderita autis dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, maka seluruh anggota keluarga harus turut langsung membantu para penderita ini berusaha melakukan hal itu.<br /><br />Menurut dr Irawan Mangunatmadja, Sp.A(K), pakar autis indonesia, beberapa keganjalan yang sering dilakukan oleh penderita autis dapat dibantu dengan melakukan empat macam terapi. Saat ini sudah terdapat beberapa terapi bagi penderita autis, baik itu terapi perilaku - ABA, terapi sensori integrasi, terapi okupasi, terapi wicara maupun terapi tambahan seperti terapi musik, AIT, <em>Dolphin Assisted Therapy</em>.<br /><br />"Terapi perilaku - ABA merupakan terapi gentak untuk memperbaiki perilaku anak autis yang sering menyimpang. Salah satu hal yang dapat dilakukan ialah bersuara keras saat memberikan perintah pada anak. Kalau anak tidak mau melakukan apa yang diperintahkan, maka harus mengagetkan mereka," kata dr Irawan dalam seminar yang diselenggarakan di Kantor Pusat Sun Hope Indonesia, belum lama ini.<br /><br />Terapi sensori integrasi, sambungnya, khusus ditujukan pada fungsi biologis otak. Sehingga otak melakukan segala sesuatu dengan benar. Sementara itu, terapi okupasi dilakukan untuk memperbaiki aktivitas penderita autis. Selain itu ada juga terapi wicara yang dilakukan untuk membantu penderita autis yang mengalami gangguan bicara agar bisa berbicara kembali.<br /><br />Ternyata agar anak autis dapat kembali di tengah-tengah keluarganya, tak hanya langkah terapi saja yang dilakukan. Pemberian nutrisi tepat bagi penyandang autis juga harus diperhatikan. Karena pada beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang mengalami autisme ternyata juga alergi terhadap makanan tertentu.<br /><br />Menurut ahli gizi Sun Hope Indonesia, Fatimah Syarief, AMG, StiP, orang tua perlu memerhatikan beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindari seperti makanan yang mengandung <em>gluten</em> (tepung terigu), permen, sirip, dan makanan siap saji yang mengandung pengawet, serta bahan tambahan makanan.<br /><br />"Penderita autis umumnya mengalami masalah pencernaan terutama makanan yang mengandung <em>casein</em> (protein susu) dan <em>gluten</em> (protein tepung)," kata Fatimah saat dihubungi <strong>okezone </strong>melalui telepon genggamnya, Rabu (30/4/2008).<br /><br />Selain asupan makanan yang tepat, suplementasi pun perlu diberikan pada pasien autis mengingat adanya gangguan metabolisme penyerapan zat gizi (<em>lactose intolerance</em>) dan gangguan cerna yang diakibatkan karena konsumsi antibiotik dengan pemberian <em>sinbiotic</em> (kombinasi Sun Hope probiotik dan <em>enzymes</em> sebagai prebiotik).<br /><br />"Meski suplemen penting diberikan pada penderita autis, hal yang paling tepat dilakukan adalah memberikan pengaturan nutrisi yang tepat. Ketika makanan tidak tepat masuk ke dalam tubuh, maka akan masuk ke usus halus dan tidak tercerna dengan baik. Akhirnya makanan tersebut keluar melalui urin, karena material tersebut sifatnya <em>toxic </em>(racun) sehingga terserap ke otak. Hal tersebut menyebabkan anak autis semakin hiperaktif," jelasnya panjang lebar.<br /><br />Tak hanya itu saja, untuk membantu mengurangi gejala hiperaktif dan membantu meningkatkan konsentrasi dan perbaikan perilaku, suplementasi omega 3 yang terdapat pada Sun Hope Deep Sea dapat dijadikan alternatif.<b>(nsa)</b></span><div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; color: rgb(51, 51, 51); line-height: 19px; "><b><br /></b></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; color: rgb(51, 51, 51); line-height: 19px; "><b><br /></b></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; color: rgb(51, 51, 51); line-height: 19px; "><b>sumber : <a href="http://lifestyle.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/04/30/27/105350/penanganan-tepat-pada-anak-autisme">klik</a></b></span></div>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-20447231537339643272010-03-30T21:43:00.000+07:002010-03-30T21:44:05.725+07:00Mengenali Anak Autisme ?<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; -webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; ">Sering timbul kekuatiran jika anak kita terlambat bicara atau bertingkah laku tidak lazim , apakah anak menderita autisme. Kata autisme saat ini sering kali diperbincangkan , angka kejadian di seluruh dunia terus meningkat. Banyak penyandang autisme terutama yang ringan masih tidak terdeteksi dan bahkan sering mendapatkan diagnosa yang salah , atau bahkan terjadi overdiagnosis . hal tersebut tentu saja sangat merugikan anak.<br /><br /><b style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-weight: bold; ">Apakah autisme itu ?</b><br />Kelainan perkembangan yang luas dan berat, dan mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan tersebut mencakup bidang interaksi sosial , komunikasi , dan perilaku.<br /><br /><b style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-weight: bold; ">Kapan deteksi dini autisme pada anak ?</b><br />Gejala autisme mulai tampak pada anak sebelum mencapai usia 3 tahun , secara umum gejala paling jelas terlihat antara umur 2 – 5 tahun.<br />Pada beberapa kasus aneh gejala terlihat pada masa sekolah.<br /><br />Berdasarkan penelitian lebih banyak didapatkan pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Beberapa tes untuk mendeteksi dini kecurigaan autisme hanya dapat dilakukan pada bayi berumur 18 bulan ke atas.<br /><br /><b style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-weight: bold; ">Waspadai gejala – gejala autisme </b><br /><br />Gejala autisme berbeda – beda dalam kuantitas dan kualitas ,penyandang autisme infantil klasik mungkin memperlihatkan gejala dalam derajat yang berat , tetapi kelainan ringan hanya memperlihatkan sebagian gejala saja.<br /><br />Kesulitan yang timbul, sebagian dari gejala tersebut dapat muncul pada anak normal, hanya dengan intensitas dan kualitas yang berbeda.<br /><br /><b style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-weight: bold; ">Gejala – gejala pada autisme mencakup ganggguan pada : </b><br /> 1. gangguan pada bidang komunikasi verbal dan non verbal<br /><br />• Terlambat bicara atau tidak dapat berbicara<br />• Mengeluarkan kata – kata yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain yang sering disebut sebagai bahasa planet<br />• Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata – kata dalam konteks yang sesuai<br />• Bicara tidak digunakan untuk komunikasi<br />• Meniru atau membeo , beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian , nada , maupun kata – katanya tanpa mengerti artinya<br />• Kadang bicara monoton seperti robot<br />• Mimik muka datar<br />• Seperti anak tuli, tetapi bila mendengar suara yang disukainya akan bereaksi dengan cepat<br /><br /> 2. gangguan pada bidang interaksi sosial<br /><br />• Menolak atau menghindar untuk bertatap muka<br />• anak mengalami ketulian<br />• Merasa tidak senang dan menolak bila dipeluk<br />• Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang<br />• Bila menginginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang yang terdekat dan mengharapkan orang tersebut melakukan sesuatu untuknya.<br />• Bila didekati untuk bermain justru menjauh<br />• Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain<br />• Kadang mereka masih mendekati orang lain untuk makan atau duduk di pangkuan sebentar, kemudian berdiri tanpa memperlihatkan mimik apapun<br />• Keengganan untuk berinteraksi lebih nyata pada anak sebaya dibandingkan terhadap orang tuanya<br /><br /><br /> 3. gangguan pada bidang perilaku dan bermain<br /><br />• Seperti tidak mengerti cara bermain, bermain sangat monoton dan melakukan gerakan yang sama berulang – ulang sampai berjam – jam<br />• Bila sudah senang satu mainan tidak mau mainan yang lain dan cara bermainnya juga aneh<br />• Keterpakuan pada roda (dapat memegang roda mobil – mobilan terus menerus untuk waktu lama)atau sesuatu yang berputar<br />• Terdapat kelekatan dengan benda – benda tertentu, seperti sepotong tali, kartu, kertas, gambar yang terus dipegang dan dibawa kemana- mana<br />• Sering memperhatikan jari – jarinya sendiri, kipas angin yang berputar, air yang bergerak<br />• Perilaku ritualistik sering terjadi<br />• Anak dapat terlihat hiperaktif sekali, misal; tidak dapat diam, lari kesana sini, melompat – lompat, berputar – putar, memukul benda berulang – ulang<br />• Dapat juga anak terlalu diam<br /><br /><br /> 4.gangguan pada bidang perasaan dan emosi<br /><br />• Tidak ada atau kurangnya rasa empati, misal melihat anak menangis tidak merasa kasihan, bahkan merasa terganggu, sehingga anak yang sedang menangis akan di datangi dan dipukulnya<br />• Tertawa – tawa sendiri , menangis atau marah – marah tanpa sebab yang nyata<br />• Sering mengamuk tidak terkendali ( temper tantrum) , terutama bila tidak mendapatkan apa yang diingginkan, bahkan dapat menjadi agresif dan dekstruktif<br /><br /><br /> 5. gangguan dalam persepsi sensoris<br /><br />• Mencium – cium , menggigit, atau menjilat mainan atau benda apa saja<br />• Bila mendengar suara keras langsung menutup mata<br />• Tidak menyukai rabaan dan pelukan . bila digendong cenderung merosot untuk melepaskan diri dari pelukan<br />• Merasa tidak nyaman bila memakai pakaian dengan bahan tertentu<br /><br /><b style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-weight: bold; ">Apa yang sebaiknya anda lakukan?</b><br /><br />Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter anda jika mencurigai adanya satu atau lebih gejala di atas pada anak anda. Tetapi jangan juga cepat – cepat mennyatakan anak anda sebagai penderita autisme.<br /><br />Diagnosis akhir dan evaluasi keadaan anak sebaiknya ditangani oleh suatu tim dokter yang berpengalaman , terdiri dari ; dokter anak , ahli saraf anak, psikolog, ahli perkembangan anak, psikiater anak, ahli terapi wicara.<br /><br />Tim tersebut bertanggung jawab dalam menegakan diagnosis dan memberi arahan mengenai kebutuhan unik dari masing – masing anak , termasuk bantuan interaksi sosial , bermain, perilaku dan komunikasi . </span>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-53900385386161244662010-03-30T21:28:00.000+07:002010-03-30T21:32:43.983+07:00Autisme pada Anak, Mengapa Bisa Terjadi?<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; color: rgb(156, 101, 255); "><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">KASUS penyakit autis saat ini semakin banyak terjadi di dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini penyakit autis sudah dapat dideteksi sejak usia dini. Meski demikian, pengetahuan awam mengenai autis dan bagaimana menanganinya masih belum diketahui luas.</span></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">Autisme adalah suatu gangguan yang ditandai oleh melemahnya kemampuan bersosialisasi, bertingkah laku, dan berbicara. Autisme sering disebut dengan </span><i><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">Autistic Spectrum Disorder</span></i><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;"> (ASD).</span></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">Nah, untuk mengetahui apakah anak Anda mengidap autis, maka penting untuk mengetahui mulai dari gejala, tindakan kuratif (penyembuhan) hingga tindakan preventif (pencegahan), serta makanan apa yang baik dan tidak baik dikonsumsi oleh penderita autisme.</span></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">Sejalan dengan bulan </span><i><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">"Autis Awareness"</span></i><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">, Sun Hope menggelar seminar kesehatan dengan mengambil tema "Autiskah Anakku?". Dalam seminar yang diselenggarakan di Kantor Pusat Sun Hope Indonesia ini, menghadirkan pembicara dr Irawan Mangunatmadja, Sp.A(K), dan bintang tamu artis Diah Permatasari.</span></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">Dalam seminar yang baru diadakan belum lama ini, dr Irawan memberikan pemahaman kepada para peserta seminar lebih jauh mengenai penyakit autis. "Penyakit autis memiliki gejala-gejala yang kemudian dapat membantu diagnosis dokter yang dapat dilihat dari perilaku para penderitanya," paparnya.</span></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">Menurut dr Irawan, anak autis memiliki gangguan komunikasi yang lemah. Artinya, tidak bisa berbicara atau memiliki keterlambatan bicara pada usia seharusnya. Kadang kesalahan yang terjadi diakibatkan kurang tahunya orangtua akan penyakit ini. Sehingga menganggap biasa anak yang telat bicara.</span></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">"Bila anak Anda mengalamai ciri tersebut, maka sebaiknya cepat konsultasikan pada dokter," sarannya.</span></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">Ciri lain yang dapat dilihat ialah anak memiliki gangguan interaksi sosial. Dengan kondisi demikian, anak sulit untuk diajak berkomunikasi. Tak hanya itu saja, lanjutnya, anak autis juga memiliki gangguan perilaku.</span></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">"Ciri khas lainnya dari gejala autis ialah anak sering melakukan kegiatan yang berulang. Seperti mukul-mukul sendiri atau suka memutar diri sendiri yang dilakukan berulang kali," terangnya.</span></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">Mengenai cara penanganan penyandang autis, ahli gizi Sun Hope Indonesia, Fatimah Syarief, AMG, StiP menuturkan untuk memberikan nutrisi tepat.</span></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">"Pada beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang mengalami autisme ternyata juga alergi terhadap makanan tertentu. Penderita autis umumnya mengalami masalah pencernaan, terutama makanan yang mengandung </span><i><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">casein</span></i><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">(protein susu) dan </span><i><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">gluten</span></i><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;"> (protein tepung)," jelas Fatimah.</span></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">Karena kedua jenis protein tersebut sulit dicerna, maka akan menimbulkan gangguan fungsi otak apabila mengonsumsi kedua jenis protein ini. Sehingga perilaku penderita autis akan menjadi lebih hiperaktif.</span></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">Menurutnya, suplemen yang baik diperlukan penderita autis yang biasanya mengalami </span><i><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">lactose intolerance</span></i><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">(ketidakmampuan pencernaan untuk mencerna laktosa). Salah satu suplemen yang baik diberikan bagi penderita autis adalah sinbiotik.</span></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">"Sinbiotik yaitu gabungan probiotik dan prebiotik. Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang dimakan untuk memperbaiki secara menguntungkan keseimbangan mikroflora usus," kata dia.</span></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">Anak autis, sambungnya, memerlukan vitamin C sebagai antioksidan. Adapun sumber terbaik yang dapat diberikan pada anak dengan kasus ini dapat berasal dari sayuran dan buah-buahan. Meski demikian, sebaiknya pilih sayuran dan buah-buahan yang tidak mengandung pengawet.</span></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">Ditambahkan Fatimah, beberapa spesies yang biasa digunakan antara lain mengandung </span><i><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei, Bifidobacterium bifidum, Bifidobacterium infantis, Bifidobacterium longum</span></i><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">, dan</span><i><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">Streptococcus lactis</span></i><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">. Sementara itu, prebiotik adalah substansi makanan yang dapat meningkatkan beberapa bakteri usus yang menguntungkan bagi kesehatan.</span></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;"><br /></span></p><p class="textCilik" style="font: normal normal normal 13px/normal Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 19px; border-top-style: none; border-right-style: none; border-bottom-style: none; border-left-style: none; "><span class="Apple-style-span" style="color:#000000;">sumber : klik</span></p></span>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-74757033334456332212010-03-30T21:24:00.000+07:002010-03-30T21:28:00.756+07:00Terapi Autis Dengan Binatang Peliharaan ?<div><br /></div><div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 15px; "><div class="abstractBody" style="padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 2px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; font-size: 1.2em; line-height: 1.5em; word-wrap: break-word; ">pakah ada manfaatnya memelihara binatang? Memelihara binatang peliharaan di rumah selain sebagai hobi juga memiliki manfaat lain, salah satunya adalah sebagai terapi bagi anak autis. Terapi ini dilakukan oleh bocah penderita autis berusia 11 tahun bernama Milo yang melakukannya bersama anjingnya bernama Chad.<br />Hubungan yang terjadi antara manusia dengan binatang peliharaannya memang memiliki efek yang langsung, meskipun efek ini belum bisa dijelaskan melalui penelitian ilmiah. Tapi hubungan yang terjalin antara Milo dan Chad melampaui hubungan yang secara umum terjadi.<br />"Dalam seminggu saya melihat perubahan yang sangat besar pada dirinya, setelah sebulan dia menjadi lebih tenang serta bisa berkonsentrasi dan berkomunikasi dalam jangka waktu yang lebih lama," ujar Nyonya Vaccaro yang merupakan ibu dari Milo, seperti dikutip dari New York Times.<br />Dr Melissa A Nishawala seorang direktur klinis pelayanan autis-spectrum di Child Study Center at New York University menambahkan dirinya melihat perubahan yang nyata pada diri Milo yang menjadi lebih tenang dan bisa berkomunikasi meskipun yang terlihat anjing tersebut hanya duduk diam di dalam ruangan. Akibat perubahan yang mendalam pada diri Milo, kini Vaccaro dan Dr Nishawala mulai mencoba untuk menghentikan pengobatan yang digunakan oleh Milo.<br />Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child Health and Human Development yang merupakan bagian dari Institut Kesehatan Nasional juga memulai usaha untuk mempelajari apakah hewan-hewan peliharaan ini dapat memiliki efek nyata terhadap kesejahteraan dari anak-anak.<br />Untuk itu diperlukan lebih banyak lagi penelitian ilmiah yang bisa menjelaskan manfaat dari terapi tersebut, terutama pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Karena selama ini sebagian penelitian hanya berfokus pada interaksi negatif dari hewan peliharaan saja, seperti memelihara binatang bisa menyebarkan penyakit.<br />Di Children's Hospital of Orange County di California Selatan, misalnya, puluhan relawan secara rutin membawa anjingnya untuk mengunjungi pasien anak-anak yang dirawat karena penyakit serius. Biasanya anak-anak tersebut sering mengalami sedih, cemas atau depresi. Hal terpenting adalah binatang peliharaan tersebut harus bebas dari segala macam penyakit dan telah mendapatkan vaksinasi dengan benar.<br />"Anjing-anjing yang dibawa oleh para relawan tersebut bisa mencerahkan anak-anak," kata Emily Grankowski, yang mengawasi program terapi hewan peliharaan di rumah sakit.<br />Diharapkan nantinya terapi binatang peliharaan ini bisa memunculkan pengobatan baru dalam menyembuhkan anak yang sering mengalami depresi, sedih atau anak dengan autis. Namun, tidak menutup kemungkinan terapi ini juga bisa dilakukan untuk orang dewasa.<br /></div><div><br /></div><div><br /></div><div>sumber : <a href="http://id.shvoong.com/medicine-and-health/comparative-medicine/1935060-terapi-autis-dengan-binatang-peliharaan/">klik</a></div><div class="absBottomArea" style="padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; width: 650px; "></div></span></div>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-65424345359121457882010-03-30T21:23:00.000+07:002010-03-30T21:24:49.321+07:0010 Jenis Terapi Autisme<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; "><div align="justify" style="font-size: 12px; ">Akhir-akhir ini bermunculan berbagai cara / obat / suplemen yang ditawarkan dengan iming-iming bisa menyembuhkan autisme. Kadang-kadang secara gencar dipromosikan oleh si penjual, ada pula cara-cara mengiklankan diri di televisi / radio / tulisan-tulisan. <br /></div><div align="justify" style="font-size: 12px; "> </div><div align="justify" style="font-size: 12px; ">Para orang tua harus hati-hati dan jangan sembarangan membiarkan anaknya sebagai kelinci percobaan. Sayangnya masih banyak yang terkecoh , dan setelah mengeluarkan banyak uang menjadi kecewa oleh karena hasil yang diharapkan tidak tercapai.<br />Dibawah ini ada 10 jenis terapi yang benar-benar diakui oleh para professional dan memang bagus untuk autisme. Namun, jangan lupa bahwa Gangguan Spectrum Autisme adalah suatu gangguan proses perkembangan, sehingga terapi jenis apapun yang dilakukan akan memerlukan waktu yang lama. Kecuali itu, terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap anak membutuhkan jenis terapi yang berbeda.<br /></div><p style="margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; "> </p><p style="margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; "><strong>1) Applied Behavioral Analysis (ABA)</strong></p><div align="justify" style="font-size: 12px; ">ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.<br /><br /></div><p style="margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; "> </p><p style="margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; "><strong>2) Terapi Wicara</strong></p><div align="justify" style="font-size: 12px; ">Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang. <br />Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. <br /></div><p style="margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; ">Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.</p><p style="margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; "> </p><p style="margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; "><strong>3) Terapi Okupasi</strong></p><div align="justify" style="font-size: 12px; ">Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.<br /></div><p style="margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; "> </p><p style="margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; "><strong>4) Terapi Fisik</strong></p><div align="justify" style="font-size: 12px; ">Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. <br /><br />Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.<br /></div><p style="margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; "> </p><p style="margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; "><strong>5) Terapi Sosial</strong></p><div align="justify" style="font-size: 12px; ">Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.<br /></div><p style="margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; "> </p><p style="margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; "><strong>6) Terapi Bermain</strong></p><div align="justify" style="font-size: 12px; ">Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu. <br /></div><p style="margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; "> </p><p style="margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; "><strong>7) Terapi Perilaku.<br /></strong></p><div align="justify" style="font-size: 12px; ">Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,<br /></div><p style="margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; "> </p><p style="margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; "><strong>8) Terapi Perkembangan</strong></p><div align="justify" style="font-size: 12px; ">Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.<br /></div><p style="margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; "> </p><p style="margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; "><strong>9) Terapi Visual</strong></p><div align="justify" style="font-size: 12px; ">Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode …………. Dan PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.<br /></div><p style="margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; "> </p><p style="margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; "><strong>10) Terapi Biomedik</strong></p><div align="justify" style="font-size: 12px; ">Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).</div><div align="justify" style="font-size: 12px; "><br /></div><div align="justify" style="font-size: 12px; "><br /></div><div align="justify" style="font-size: 12px; ">sumber : <a href="http://www.autis.info/index.php/terapi-autisme/10-jenis-terapi-autisme">klik</a></div></span>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-64521710877547151392010-03-30T21:14:00.000+07:002010-03-30T21:16:54.017+07:00Autisme dan Perkembangannya di Indonesia<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, tahoma, Verdana, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; ">Autisme atau biasa yang disebut dengan autis merupakan suatu kondisi seorang anak sejak lahir ataupun pada saat masa belia, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Anak yang menderita autis memiliki gangguan perkembangan yang kompleks. Akibatnya, anak penderita autis terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia yang repetitive, aktifitas dan minat yang obsesif.<br /><br />Atau dengan bahasa yang lebih mudah, seorang anak autis memiliki kelemahan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Ia juga memiliki kelemahan dalam berinteraksi sosial dan berimajinasi.<br /><br />Menurut Power (1989), karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang interaksi sosial, komunikasi (bahasa dan bicara), perilaku serta emosi dan pola bermain, gangguan sensoris, dan perkembangan terlambat atau tidak normal. Gejala ini mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil, biasanya sebelum anak berusia 3 tahun.<br /><br />Secara lebih jelas dapat dituliskan sifat-sifat yang kerap ditemukan pada anak autis. Diantaranya adalah sulit bergabung dengan anak-anak yang lain, tertawa atau cekikikan tidak pada tempatnya, menghindari kontak mata atau hanya sedikit melakukan kontak mata, menunjukkan ketidakpekaan terhadap nyeri, lebih senang menyendiri, menarik diri dari pergaulan, tidka membentuk hubungan pribadi yang terbuka, memutar benda, terpaku pada benda tertentu, sangat tergantung kepada benda yang sudah dikenalnya dengan baik, memiliki fisik terlalu aktif atau sama sekali kurang aktif, dan sebagainya. <br /><br /><b>Jumlah Penderita Autis di Indonesia </b><br /><br />Penderita autis di Indonesia setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari dalam pembukaan rangkaian Expo Peduli Autisme 2008 lalu mengatakan, jumlah penderita autis di Indonesia di tahun 2004 tercatat sebanyak 475 ribu penderita dan sekarang diperkirakan setiap 1 dari 150 anak yang lahir, menderita autisme.<br /><br />Walaupun Autis telah ditemukan sejak tahun 1943, namun penyebab pasti akan gangguan yang diderita oleh kurang lebih 35 juta orang di seluruh dunia ini masih belum diketahui. Ketua Yayasan Autisme Indonesia (YAI) dr. Melly Budhiman mengatakan, di antara penyebabnya adalah faktor gaya hidup, polusi udara, narkotika, makanan yang tercemar limbah, misalnya ikan laut, dan sayuran yang masih mengandung pestisida.<br /><br />Sebuah penelitian terbaru menitikberatkan pada kelainan biologis dan neurologis di otak, termasuk ketidakseimbangan biokimia, faktor genetik dan gangguan kekebalan. <br /><br /><br /><b>Mendeteksi Sejak Dini Gangguan Autisme</b><br /><br />Autisme sendiri terbagai ke dalam tiga bagian, yaitu sangat ringan (mild), sedang (moderate), serta parah (severe). Ketiga kondisi ini kerap menyulitkan orang tua untuk menyadari seluruh keberadaannya.<br /><br />Hans Asperger dan Leo Kanner adalah dua orang yang memelopori penelitian mengenai autisme. Dan seiring berjalannya waktu, banyak ilmuwan di dunia yang juga berusaha menemukan penyebab dari gangguan autisme itu sendiri.<br /><br />Di Amerika, sejak tahun 1997 terdapat program yang dinamakan Autism Genetic Research Exchange yang mengumpulkan data genetis terbesar di Amerika untuk mempelajari Autisme. Dan selama ini, tujuan dari penelitian tersebut ini masih berada dalam usaha untuk mengidentifikasi anak-anak yang memiliki risiko Autisme.<br /><br />Selain itu, Mel Rutherford, seorang profesor psikologi dari Faculty of Science, McMaster University juga melakukan penelitian terhadap anak yang mengalami gangguan perkembangan otak. Rutherford menggunakan Eye Tracker Technology yang dapat mengukur arah gerakan mata bayi untuk mendeteksi gejala-gejala autsime.<br /><br />Sementara itu, Profesor Florence Levy dari UNSW, School of Psychiatry melakukan penelitian terhadap otak yang dinilai dapat memberikan penjelasan yang dapat membantu teori psikologis seperti Theory of Mind dalam mempelajari autisme. Semua penelitian ini diharapkan dapat membuat para dokter dan psikiater mampu mendeteksi kondisi-kondisi autisme pada tahap terdini. <br /><br />Meski begitu, ada referensi baku yang digunakan secara umum dalam mengenali jenis-jenis gangguan perkembangan pada anak penderita autis, yang termasuk dalam ICD (International Classification of Diseases) revisi ke-10 tahun 1993, dan DSM (Diagnostic And Statistical Manual) Revisi IV tahun 1994 yang kedua isinya sama.<br /><br />Namun secara khusus, autisme bisa diketahui jika ditemukan 6 atau lebih dari 12 gejala yang mengacu pada 3 bidang utama gangguan, yaitu Interaksi Sosial, Komunikasi, serta Perilaku. <br /><br /><b>Penanganan Autisme</b><br /><br />Sebagai warga negara Indonesia, meski belum ada data terbaru mengenai penderita gangguan autis, kita patut berbangga karena penanganan penderita gangguan Autis mendapat perhatian serius dari pemerintah. Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari pun berjanji untuk membentuk Therapy Center Autis. Pemerintah juga merencanakan untuk meluncurkan berbagai paket berupa buku, VCD, poster dan checklist pendeteksi dini autisme.<br /><br />Terapis sekaligus psikolog, Tri Gunatri OTR, S.Psi yang dipercaya menukis paket-paket tersebut merencanakan untuk menyebarluaskannya ke seluruh pelosok Indonesia. Selain itu, berbagai tempat dan website juga banyak yang memberikan layanan untuk mempelajari tentang autisme. </span><div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, tahoma, Verdana, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; "><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, tahoma, Verdana, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; ">sumber : <a href="http://www.boleh.com/?mn=dtnews&s=hotspot&id=107">klik</a></span></div>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-73827189549804858342010-03-30T21:00:00.000+07:002010-03-30T21:13:44.441+07:00MAKANAN BAGI ANAK AUTISME & HIPERAKTIF/ADHD<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; border-collapse: collapse; color: rgb(58, 69, 59); line-height: 19px; -webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; "><p align="justify"> Di antara berbagai pemicu autisme dan hiperaktif, makanan merupakan salah satunya. Penerapan diet harus benar-benar diperhatikan, yaitu dengan menghindari makanan/bahan makanan seperti di bawah ini.</p><ul style="color: rgb(77, 92, 78); margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 2em; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; list-style-type: none; "><li style="margin-top: 0.2em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.2em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 11px; line-height: 1.2em; float: none; background-image: url(http://autishembingcenter.com/templates/forestv3/images/PostBullets.png); background-repeat: no-repeat no-repeat; "> Semua jenis gula, kecuali gula pengganti.</li></ul><ul style="color: rgb(77, 92, 78); margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 2em; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; list-style-type: none; "><li style="margin-top: 0.2em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.2em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 11px; line-height: 1.2em; float: none; background-image: url(http://autishembingcenter.com/templates/forestv3/images/PostBullets.png); background-repeat: no-repeat no-repeat; ">Bahan makanan yang mengandung gluten, seperti : gandum, tepung terigu, havermut, serta produk olahannya seperti :<br />- Kecap, pada kebanyakan merk yang beredar di pasaran.<br />- Roti, biskuit, cake, donat, kue-kue yang terbuat dari tepung terigu, mie, dan spagheti.<br />- Snack dan sejenisnya pada kebanyakan jajanan yang menggunakan pengawet, pewarna dan penyedap yang menggunakan MSG.</li></ul><ul style="color: rgb(77, 92, 78); margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 2em; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; list-style-type: none; "><li style="margin-top: 0.2em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.2em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 11px; line-height: 1.2em; float: none; background-image: url(http://autishembingcenter.com/templates/forestv3/images/PostBullets.png); background-repeat: no-repeat no-repeat; ">Bahan makanan yang mengandung kasein, biasanya terdapat pada susu hewan seperti susu sapi dan susu kambing, serta produk olahan yang mengandung kasein seperti; keju, yoghurt, es krim, biskuit, margarin, dll.</li><li style="margin-top: 0.2em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.2em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 11px; line-height: 1.2em; float: none; background-image: url(http://autishembingcenter.com/templates/forestv3/images/PostBullets.png); background-repeat: no-repeat no-repeat; ">Makanan yang mengandung penyedap rasa/MSG, biasanya ditulis dengan istilah seasoning/bumbu lain.</li></ul><ul style="color: rgb(77, 92, 78); margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 2em; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; list-style-type: none; "><li style="margin-top: 0.2em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.2em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 11px; line-height: 1.2em; float: none; background-image: url(http://autishembingcenter.com/templates/forestv3/images/PostBullets.png); background-repeat: no-repeat no-repeat; ">Saos, permen, minuman kemasan, dan softdrink yang mengandung pemanis dan pewarna buatan.</li></ul><ul style="color: rgb(77, 92, 78); margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 2em; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; list-style-type: none; "><li style="margin-top: 0.2em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.2em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 11px; line-height: 1.2em; float: none; background-image: url(http://autishembingcenter.com/templates/forestv3/images/PostBullets.png); background-repeat: no-repeat no-repeat; ">Makanan yang diawetkan seperti makanan kalengan, sosis, mie, bakso yang mengandung boraks atau formalin, dan lain-lain.</li></ul><ul style="color: rgb(77, 92, 78); margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 2em; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; list-style-type: none; "><li style="margin-top: 0.2em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.2em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 11px; line-height: 1.2em; float: none; background-image: url(http://autishembingcenter.com/templates/forestv3/images/PostBullets.png); background-repeat: no-repeat no-repeat; ">Fast food atau junkfood dan seafood/makanan laut yang tercemar.</li><li style="margin-top: 0.2em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.2em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 11px; line-height: 1.2em; float: none; background-image: url(http://autishembingcenter.com/templates/forestv3/images/PostBullets.png); background-repeat: no-repeat no-repeat; ">Buah-buahan tertentu seperti : lengkeng, pisang, tomat, apel, anggur, jeruk, almond, cherry, prune, peach, strawberry, melon, nangka, durian, semangka, kurma, dan semua buah-buahan yang terlalu manis.</li><li style="margin-top: 0.2em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.2em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 11px; line-height: 1.2em; float: none; background-image: url(http://autishembingcenter.com/templates/forestv3/images/PostBullets.png); background-repeat: no-repeat no-repeat; ">Bumbu masakan tertentu seperti; ketumbar, merica, jahe, cengkeh.</li><li style="margin-top: 0.2em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.2em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 11px; line-height: 1.2em; float: none; background-image: url(http://autishembingcenter.com/templates/forestv3/images/PostBullets.png); background-repeat: no-repeat no-repeat; ">Jenis air tertentu seperti; air ledeng, air sumur, dan lain-lain. Tetap dianjurkan untuk mengkonsumsi air mineral.</li><li style="margin-top: 0.2em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.2em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 11px; line-height: 1.2em; float: none; background-image: url(http://autishembingcenter.com/templates/forestv3/images/PostBullets.png); background-repeat: no-repeat no-repeat; ">Tepung maizena, jagung, minyak kelapa/sawit, gelatin, mayones, mustard, cuka (kecuali cuka beras putih dan cuka beras hitam).</li><li style="margin-top: 0.2em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.2em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 11px; line-height: 1.2em; float: none; background-image: url(http://autishembingcenter.com/templates/forestv3/images/PostBullets.png); background-repeat: no-repeat no-repeat; ">Keripik kentang, rempeyek, telur asin, ikan asin, ebi, abon sapi, kornet, dendeng, ham, daging kambing.</li><li style="margin-top: 0.2em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.2em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 11px; line-height: 1.2em; float: none; background-image: url(http://autishembingcenter.com/templates/forestv3/images/PostBullets.png); background-repeat: no-repeat no-repeat; ">Semua jenis kerupuk yang terbuat dari tepung terigu, mengandung MSG, boraks, dan formalin.</li><li style="margin-top: 0.2em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.2em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 11px; line-height: 1.2em; float: none; background-image: url(http://autishembingcenter.com/templates/forestv3/images/PostBullets.png); background-repeat: no-repeat no-repeat; ">Semua jenis makanan yang mengandung pengawet (formalin, boraks) dan pewarna yang bukan untuk makanan atau zat kimia yang mengganggu kesehatan.</li></ul><p align="justify"><strong>Apakah Gandum, Susu Hewan, & Gula Berbahaya untuk Anak Autisme?</strong></p><p align="justify"> Dari berbagai jenis makanan yang perlu diwaspadai bagi anak autisme, makanan yang mengandung Gluten (seperti: gandum) dan Casein (seperti: susu hewan) menempati tingkat pertama. Mengapa demikian? Ada 3 jenis reaksi buruk yang ditimbulkan dari jenis makanan tersebut, yaitu : </p><ul style="color: rgb(77, 92, 78); margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 2em; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; list-style-type: none; "><li style="margin-top: 0.2em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.2em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 11px; line-height: 1.2em; float: none; background-image: url(http://autishembingcenter.com/templates/forestv3/images/PostBullets.png); background-repeat: no-repeat no-repeat; "><strong>Reaksi Alergi</strong><br /> diketahui setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium (tes alergi) melalui darah yang menunjukkan adanya reaksi IgG atau IgM terhadap gluten dan casein. Reaksi alergi ini dapat termanifestasi dalam segala hal, di antaranya perilaku hiperaktif dan agresif.</li><li style="margin-top: 0.2em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.2em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 11px; line-height: 1.2em; float: none; background-image: url(http://autishembingcenter.com/templates/forestv3/images/PostBullets.png); background-repeat: no-repeat no-repeat; "><strong>Reaksi Intoleran<br /> </strong> Anak autisme yang intoleran terhadap gluten dan casein akan menunjukkan reaksi yang sangat mirip dengan reaksi alergi, seperti; sakit kepala, sakit perut, muntah, mengompol, sensitif terhadap suara tertentu, depresi, sakit otot, kejang, dll. Anak yang mengalami reaksi intoleran/sensitif terhadap makanan dapat ditandai dengan berupa bengkak, lingkar mata berwarna gelap, pipi dan telinga kemerahan, keringat berlebihan, dan lain-lain.<br /><strong><br /></strong></li><li style="margin-top: 0.2em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.2em; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 11px; line-height: 1.2em; float: none; background-image: url(http://autishembingcenter.com/templates/forestv3/images/PostBullets.png); background-repeat: no-repeat no-repeat; "><strong>Reaksi Opioid<br /></strong> Merupakan reaksi yang paling merusak. Reaksi ini terjadi pada anak yang mengalami bocor usus/leaky gut. Sebanyak 50% anak autisme mengalami leaky gut yang disebabkan oleh kondisi flora perut yang tidak seimbang, di mana bakteri baik terdesak oleh bakteri buruk yang berbahaya dan bersifat patogen. Akibatnya, jamur dalam perut anak autisme berkembang sangat pesat, apalagi bila anak banyak mengkonsumsi gula, maka perkembangan jamur perut lebih cepat 200 kali lipat.</li></ul><p align="justify"> Gluten dan Casein yang tidak tercerna akan berubah menjadi asam amino tunggal yang terbawa masuk ke dalam aliran darah dalam bentuk pecahan protein yang tidak sempurna (peptida) melalui lubang-lubang yang terbentuk dalam usus. Apabila peptida tersebut masuk melalui aliran darah ke bagian otak dan kemudian ditangkap oleh reseptor opioid otak menjadi hal yang membahayakan. Reseptor opioid adalah bagian reseptor otak yang akan bereaksi ketika seseorang mengkonsumsi obat-obatan yang bersifat opioid seperti morphin dan heroin. Peptida dari gluten dan casein yang telah berubah bentuk menjadi gluteomorphin dan caseomorphin pun memiliki kemampuan yang bersifat opioid.<br /><br /> Seperti reaksi dari narkoba, gluten dan casein yang telah berubah bentuk akan menjadi sifat mencandu yang akan mempengaruhi kinerja otak, perilaku, emosi, ambang batas rasa sakit, dan sensitivitas suara. Jika reaksi opioid ini tidak segara dihentikan, akan mengganggu perkembangan saraf otak dan secara spesifik akan mempengaruhi kemampuan bicara dan pendengaran.</p><p align="justify"><br /></p><p align="justify">sumber : <a href="http://autishembingcenter.com/index.php?option=com_content&view=article&id=65:makanan-bagi-anak-autisme-a-hiperaktifadhd&catid=35:artikelautis&Itemid=29">klik</a></p></span>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-39279774906789752562010-03-28T20:12:00.001+07:002010-03-28T20:16:05.644+07:00Anak Autis Bisa Disembuhkan<span class="Apple-style-span" style=" color: rgb(51, 51, 51); line-height: 18px; font-family:Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:13px;">Palembang (ANTARA News) - Anak yang menderita autis atau "cacat mental" bisa disembuhkan dengan penanganan yang sabar dan bertahap, kata Ketua Yayasan Bina Autis Mandiri dr Muniyati Ismael di Palembang, Selasa.</span><div><span class="Apple-style-span" style=" color: rgb(51, 51, 51); line-height: 18px; font-family:Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:13px;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="font-family:Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;color:#333333;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px; font-size: -webkit-xxx-large;"><br /></span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style=" color: rgb(51, 51, 51); line-height: 18px; font-family:Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:13px;">Dr Muniyati yang telah lama berpengalaman membina anak penderita autis mengatakan, lanjut dia, pembinaan harus dilaksanakan secara berkelanjutan, jangan setengah-setengah supaya mental mereka semakin normal.<br /><br />Menurut pendiri Yayasan Bina Autis Mandiri itu, pihaknya sekarang membina 97 anak penderita autis dan dari jumlah itu sebagian besar mereka telah duduk di kelas satu hingga kelas enam sekolah dasar.<br /><br />Yayasan itu mulai didirikan pada Januari 2003, setahun kemudian didirikan sekolah dasar, kata dia lagi.<br /><br />"Alhamdulillah tahun ini ada enam orang yang akan mengikuti Ujian Nasional (UN). Dari enam itu empat di antaranya penderita autis," kata dia.<br /><br />Ia menjelaskan, murid yang bersekolah di yayasan ini selain ada yang menderita autis juga ada yang normal seperti murid SD umum lainnya.<br /><br />Ketika ditanya soal ketertarikannya mendirikan yayasan autis itu, ia mengatakan, anaknya, Attar (13), juga menderita autis sehingga ia menjadi sangat tertarik untuk membina anak-anak seperti itu.<br /><br />Oleh karena itu bagi anak yang kurang mampu atau penderita autis lainnya bisa dibina di Yayasan Bina Autis Mandiri karena pihaknya akan membantu dengan biaya ringan, ujar dia pula.<br /><br />Sementara salah seorang guru Yayasan Bina Autis Mandiri, Tuti mengatakan, untuk melatih anak autis perlu kesabaran sendiri supaya apa yang diberikan bisa diterima mereka.<br /><br />Begitu juga tingkat penalaran mereka terhadap pelajaran yang diberikan tergantung dengan kemampuan mereka masing-masing, ujar dia.<br /><br />Ada yang bisa menerima pelajaran satu jam tetapi ada juga yang lebih, tambah dia.<br /><br />Kepala Sekolah SD Yayasan Bina Autis Mandiri, Lakoni juga mengatakan, untuk mengajar murid autis perlu kesabaran lebih karena anak yang dihadapi memiliki berbagai karakter termasuk kemampuan.<br /><br />Namun, hingga sekarang pihaknya sudah terlatih menghadapi penderita autis tersebut sehingga memberian materi pelajaran berjalan dengan baik, tambah dia.</span></div><div><span class="Apple-style-span" style=" color: rgb(51, 51, 51); line-height: 18px; font-family:Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:13px;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style=" color: rgb(51, 51, 51); line-height: 18px; font-family:Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:13px;"><br /></span></div><div><span class="Apple-style-span" style=" color: rgb(51, 51, 51); line-height: 18px; font-family:Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:13px;">sumber : <a href="http://antaranews.com/berita/1269352200/anak-autis-bisa-disembuhkan">klik<br /></a></span></div>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7625590905061778968.post-6343666376647151662010-03-28T20:11:00.001+07:002010-03-28T20:11:44.357+07:00Empat Terapi Autisme<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Verdana, sans-serif; color: rgb(85, 85, 85); font-size: 12px; line-height: 18px; "><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">Sedikitnya ada empat terapai yang bisa diterapkan pada anak autis :</p><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; "><strong style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">Terapi Perilaku</strong></p><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">Terapi perilaku, berupaya untuk melakukan perubahan pada anak autistik dalam arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang berkekurangan (belum ada) ditambahkan. Terapi perilaku yang dikenal di seluruh dunia adalah Applied Behavioral Analysis yang diciptakan oleh O.Ivar Lovaas PhD dari University of California Los Angeles (UCLA).</p><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">Dalam terapi perilaku, fokus penanganan terletak pada pemberian reinforcement positif setiap kali anak berespons benar sesuai instruksi yang diberikan. Tidak ada hukuman (punishment) dalam terapi ini, akan tetapi bila anak berespons negatif (salah/tidak tepat) atau tidak berespons sama sekali maka ia tidak mendapatkan reinforcement positif yang ia sukai tersebut. Perlakuan ini diharapkan meningkatkan kemungkinan anak untuk berespons positif dan mengurangi kemungkinan ia berespons negatif (atau tidak berespons) terhadap instruksi yang diberikan.</p><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">Secara lebih teoritis, prinsip dasar terapi ini dapat dijabarkan sebagai A-B-C; yakni A (antecedent) yang diikuti dengan B (behavior) dan diikuti dengan C (consequence). Antecedent (hal yang mendahului terjadinya perilaku) berupa instruksi yang diberikan oleh seseorang kepada anak autis. Melalui gaya pengajarannya yang terstruktur, anak autis kemudian memahami Behavior (perilaku) apa yang diharapkan dilakukan olehnya sesudah instruksi tersebut diberikan, dan perilaku tersebut diharapkan cenderung terjadi lagi bila anak memperoleh Consequence (konsekuensi perilaku, atau kadang berupa imbalan) yang menyenangkan.</p><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">Tujuan penanganan ini terutama adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan anak terhadap aturan. Terapi ini umumnya mendapatkan hasil yang signifikan bila dilakukan secara intensif, teratur dan konsisten pada usia dini.</p><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; "><strong style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">Terapi Wicara</strong></p><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">Terapis Wicara adalah profesi yang bekerja pada prinsip-prinsip dimana timbul kesulitan berkomunikasi atau ganguan pada berbahasa dan berbicara bagi orang dewasa maupun anak. Terapis Wicara dapat diminta untuk berkonsultasi dan konseling; mengevaluasi; memberikan perencanaan maupun penanganan untuk terapi; dan merujuk sebagai bagian dari tim penanganan kasus.</p><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; "><strong style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">Ganguan Komunikasi pada Autistic Spectrum Disorders (ASD):<br /></strong>Bersifat: (1) Verbal; (2) Non-Verbal; (3) Kombinasi.</p><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; "><strong style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">Area bantuan dan Terapi yang dapat diberikan oleh Terapis Wicara:</strong></p><ol style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 28px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; list-style-type: none; list-style-position: initial; list-style-image: initial; "><li style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; line-height: 24px; ">Untuk Organ Bicara dan sekitarnya (Oral Peripheral Mechanism), yang sifatnya fungsional, maka<br />Terapis Wicara akan mengikut sertakan latihan-latihan Oral Peripheral Mechanism Exercises; maupun Oral-Motor activities sesuai dengan organ bicara yang mengalami kesulitan.</li><li style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; line-height: 24px; ">Untuk Artikulasi atau Pengucapan:<br />Artikulasi/ pengucapan menjadi kurang sempurna karena karena adanya gangguan, Latihan untuk pengucapan diikutsertakan Cara dan Tempat Pengucapan (Place and manners of Articulation). Kesulitan pada Artikulasi atau pengucapan, biasanya dapat dibagi menjadi: substitution (penggantian), misalnya: rumah menjadi lumah, l/r; omission (penghilangan), misalnya: sapu menjadi apu; distortion (pengucapan untuk konsonan terdistorsi); indistinct (tidak jelas); dan addition (penambahan). Untuk Articulatory Apraxia, latihan yang dapat diberikan antara lain: Proprioceptive Neuromuscular.</li><li style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; line-height: 24px; ">Untuk Bahasa: Aktifitas-aktifitas yang menyangkut tahapan bahasa dibawah:<br />1. Phonology (bahasa bunyi);<br />2. Semantics (kata), termasuk pengembangan kosa kata;<br />3. Morphology (perubahan pada kata),<br />4. Syntax (kalimat), termasuk tata bahasa;<br />5. Discourse (Pemakaian Bahasa dalam konteks yang lebih luas),<br />6. Metalinguistics (Bagaimana cara bekerja nya suatu Bahasa) dan;<br />7. Pragmatics (Bahasa dalam konteks sosial).</li><li style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; line-height: 24px; ">Suara: Gangguan pada suara adalah Penyimpangandari nada, intensitas, kualitas, atau penyimpangan-penyimpangan lainnya dari atribut-atribut dasar pada suara, yang mengganggu komunikasi, membawa perhatian negatif pada si pembicara, mempengaruhi si pembicara atau pun si pendengar, dan tidak pantas (inappropriate) untuk umur, jenis kelamin, atau mungkin budaya dari individu itu sendiri.</li><li style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; line-height: 24px; ">Pendengaran: Bila keadaan diikut sertakan dengan gangguan pada pendengaran maka bantuan dan Terapi yang dapat diberikan: (1) Alat bantu ataupun lainnya yang bersifat medis akan di rujuk pada dokter yang terkait; (2) Terapi; Penggunaan sensori lainnya untuk membantu komunikasi;</li></ol><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; "><strong style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">PERAN KHUSUS dari Terapi wicara adalah mengajarkan suatu cara untuk ber KOMUNIKASI:</strong></p><ol style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 28px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; list-style-type: none; list-style-position: initial; list-style-image: initial; "><li style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; line-height: 24px; ">Berbicara:<br />Mengajarkan atau memperbaiki kemampuan untuk dapat berkomunikasi secara verbal yang baik dan fungsional. (Termasuk bahasa reseptif/ ekspresif – kata benda, kata kerja, kemampuan memulai pembicaraan, dll).</li><li style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; line-height: 24px; ">Penggunaan Alat Bantu (Augmentative Communication): Gambar atau symbol atau bahasa isyarat sebagai kode bahasa; (1) : penggunaan Alat Bantu sebagai jembatan untuk nantinya berbicara menggunakan suara (sebagai pendamping bagi yang verbal); (2) Alat Bantu itu sendiri sebagai bahasa bagi yang memang NON-Verbal.</li></ol><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; "><strong style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">Dimana Terapis Wicara Bekerja:</strong></p><ol style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 28px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; list-style-type: none; list-style-position: initial; list-style-image: initial; "><li style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; line-height: 24px; ">Dirumah Sakit: Pada bagian Rehabilitasi, biasanya bekerjasama dengan dokter rehabilitasi bersama tim rehabilitasi lainnya (dokter, psikolog, physioterapis dan Terapis Okupasi).</li><li style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; line-height: 24px; ">Disekolah Biasa: Tidak Umum di Indonesia. Pada bagian Penerimaan siswa baru, biasanya bekerjasama dengan guru, psikolog dan konselor. Menangani permasalah keterlambatan berbahasa dan berbicara pada tahap sekolah, dan memantau dari awal murid-murid dengan kesulitan atau gangguan berbicara tetapi masih dapat ditangani dengan pemberian terapi pada tahap sekolah biasa.</li><li style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; line-height: 24px; ">Disekolah Luar Biasa: Pada bagian Terapi wicara, bekerjasama dengan guru dan professional lainnya pada sekolah tersebut. Biasanya memberikan konsultasi, konseling, evaluasi dan terapi</li><li style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; line-height: 24px; ">Pada Klinik Rehabilitasi: Praktek dibawah pengawasan dokter, biasanya dengan tim rehabilitasi lainnya,</li><li style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; line-height: 24px; ">Praktek Perorangan: Praktek sendiri berdasarkan rujukan, bekerjasama melalui networking. Biasanya memberikan konsultasi, konseling, evaluasi dan terapi.</li><li style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; line-height: 24px; ">Home Visit: Mendatangi rumah pasien untuk pelayanan-pelayanan diatas dikarenakan ketidakmungkinan untuk pasien tersebut berpergian ataupun dengan perjanjian.</li></ol><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; "><strong style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">Terapi Biomedik</strong></p><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">Akhir-akhir ini terapi biomedik banyak diterapkan pada anak dengan ASD. Hal ini didasarkan atas penemuan-penemuan para pakar, bahwa pada anak-anak ini terdapat banyak gangguan metabolisme dalam tubuhnya yang mempengaruhi susunan saraf pusat sedemikian rupa, sehingga fungsi otak terganggu. Gangguan tersebut bisa memperberat gejala autisme yang sudah ada, atau bahkan bisa juga bekerja sebagai pencetus dari timbulnya gejala autisme.</p><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">Yang sering ditemukan adalah adanya multiple food allergy, gangguan pencernaan, peradangan dinding usus, adanya exomorphin dalam otak (yang terjadi dari casein dan gluten), gangguan keseimbangan mineral tubuh, dan keracunan logam berat seperti timbal hitam (Pb), merkuri (Hg), Arsen (As), Cadmium (Cd) dan Antimoni (Sb). Logam-logam berat diatas semuanya berupa racun otak yang kuat.</p><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">Yang dimaksud dengan terapi biomedik adalah mencari semua gangguan tersebut diatas dan bila ditemukan, maka harus diperbaiki , dengan demikian diharapkan bahwa fungsi susunan saraf pusat bisa bekerja dengan lebih baik sehingga gejala-gejala autisme berkurang atau bahkan menghilang.<br />Pemeriksaan yang dilakukan biasanya adalah pemeriksaan laboratorik yang meliputi pemeriksaan darah, urin, rambut dan feses. Juga pemeriksaan colonoscopy dilakukan bila ada indikasi.</p><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">Terapi biomedik tidak menggantikan terapi-terapi yang telah ada, seperti terapi perilaku, wicara, okupasi dan integrasi sensoris. Terapi biomedik melengkapi terapi yang telah ada dengan memperbaiki “dari dalam”. Dengan demikian diharapkan bahwa perbaikan akan lebih cepat terjadi.</p><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; "><strong style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">Terapi Integrasi Sensoris</strong></p><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; "><strong style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">Integrasi sensoris</strong> berarti kemampuan untuk mengolah dan mengartikan seluruh rangsang sensoris yang diterima dari tubuh maupun lingkungan, dan kemudian menghasilkan respons yang terarah.<br />Disfungsi dari integrasi sensoris atau disebut juga <strong style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; "><em style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">disintegrasi sensoris</em></strong> berarti ketidak mampuan untuk mengolah rangsang sensoris yang diterima.</p><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">Gejala adanya disintegrasi sensoris bisa tampak dari : pengendalian sikap tubuh, motorik halus, dan motorik kasar. Adanya gangguan dalam ketrampilan persepsi , kognitif, psikososial, dan mengolah rangsang.<br />Namun semua gejala ini ada juga pada anak dengan diagnosa yang berbeda, misalnya anak dengan ASD. Diagnosa disintegrasi sensoris tidak boleh ditegakkan kalau ada tanda-tanda gangguan pada Susunan Saraf pusat.</p><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; "><strong style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; "><em style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">Terapi integrasi sensoris :<br /></em></strong>Aktivitas fisik yang terarah, bisa menimbulkan respons yang adaptif yang makin kompleks. Dengan demikian efisiensi otak makin meningkat.<br />Terapi integrasi sensoris meningkatkan kematangan susunan saraf pusat, sehingga ia lebih mampu untuk memperbaiki struktur dan fungsinya.<br />Aktivitas integrasi sensoris merangsang koneksi sinaptik yang lebih kompleks , dengan demikian bisa meningkatkan kapasitas untuk belajar.</p><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; "><br /></p><p style="vertical-align: baseline; font-size: 12px; outline-width: 0px; outline-style: initial; outline-color: initial; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; margin-top: 1em; margin-right: 0px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; border-top-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-style: initial; border-color: initial; ">sumber: rumahautis</p></span>amiwmrvicahttp://www.blogger.com/profile/15072759069901983638noreply@blogger.com0