Perlu identifikasi sejak dini untuk mengetahui permasalahan dan merumuskan penanganan yang tepat bagi anak berkebutuhan khusus.

Anak dengan kebutuhan khusus atau special needs adalah anak yang mengalami keterbatasan atau ketidakmampuan secara fisik, psikis, atau sosial seperti autisme, down syndrome, learning disability dan sebagainya. Sehingga interaksi anak dengan lingkungan terbatas atau bahkan tidak mampu. Masing-masing anak mempunyai ciri-ciri mental,fisik, sosial, dan komunikasi yang berbeda dengan rata-rata anak yang lain. Hal penting yang perlu dilakukan oran tua adalah melakukan identifikasi sejak dini agar dapat dilakukan penanganan yang tepat sejak anak usia dini.

Menurut Drs. Tuharto, Kepala Sekolah Dasar Terpadu Spectrum, sangatlah penting bagi orang tua untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi anak. “Orang tua jangan sampai terlambat mengidentifikasi permasalahan anak, sehingga tidak tejadi kesalahan dalam proses penanganan,” jelas Tuharto. Proses identifikasi bisa dilakukan dengan bantuan psikolog dan dokter. Bagi Anda, orang tua yang mempunyai anak dengan kebutuhan khusus tidak perlu berkecil hati karena sekarang ini, sudah banyak tersedia terapi-terapi dan sekolah untuk anak dengan kebutuhan khusus (special needs school) sehingga anak dengan kebutuhan khusus ini bisa mendapatkan pendidikan yang layak.

Fanny Erla Zuhana, Psikolog yang juga Manager Bougenville Therapy dan Child Development Center, menjelaskan bahwa anak dengan kebutuhan khusus ini memerlukan penanganan yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan permasalahan yang dihadapi anak. “Dalam pendidikan pun, kurikulum yang disusun harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak,” ungkap Erla. Kurikulum pendidikan di sekolah khusus merupakan gabungan antara kurikulim dari Dinas Pendidikan yang digabung dengan kurikulum pendidikan khusus. “Untuk akademiknya, kami menggunakan kurikulum dari Diknas,” ujar Rika Andadari, Kepala Sekolah Special Needs School Bougenville. Kurikulum yang diterapkan lebih diarahkan ke pengembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak dan kemampuan yang dibutuhkan anak seperti kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi serta kemandirian anak.

Hal senada juga diakui oleh Tuharto. Menurutnya, kurikulum sekolah khusus yang di terapkan di Spectrum mengkombinasikan kurikulum Diknas dan kurikulum khusus. “Masing-masing anak mempunyai lembar kerja atau kegiatan yang berbeda sesuai dengan kemampuannya sendiri,”. Tapi diharapkan semua anak dapat mencapai apa yang disebut kurikulum reguler atau Class Education Program (CEP). “Metode pendidikan didasari oleh kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki setiap anak, sehingga perlu rencana program yang berbeda bagi setiap anak,” tambah Tuharto. Metode yang paling sering digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan dan pemahaman terhadap anak.

Pada umumnya sebelum masuk ke sekolah khusus, anak akan menjalani assessment terlebih dahulu. Tujuannya,untuk mempersiapkan anak dengan kebutuhan khusus untuk masuk sekolah baik dari sisi kemandirian, emosi maupun akademis. Dan diharapkan anak akan lebih mandiri dan mudah untuk menerima pelajaran di kelas serta kemampuan sosialisasinya akan meningkat. Anak dengan kebutuhan khusus biasanya mempunyai kelebihan di bidang tertentu misalnya melukis,menari,memasak,bermain gamelan/musik dan lain-lain. Di sekolah khusus, kemampuan seperti ini akan lebih digali, diarahkan dan dikembangkan. Tersedianya kegiatan ekstrakurikuler diharapkan akan dapat mengakomodasi kebutuhan dan bakat yang dimiliki anak.
Reportase : BAE/IS


sumber : klik

Dampak Sosial dan Dampak Pendidikan Anak ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)

Oleh: Yossy Srianita, Praktisi dan Pemerhati Pendidikan PAUD. Konsultan di Sekolah Alam dan Sains Aljannah Islamic Fullday School Cibubur, Jakarta


Pendidikan yang bermutu mampu memberi konstribusi untuk anak-anak berkebutuhan khusus dalam mendapatkan layanan pendidikan yang layak seperti anak-anak typical pada umumnya. Secara nasional maupun internasioanl, saat ini pemerintahan sudah membuat aturan dan perundangan-undangan tentang Anak Berkebutuhan khusus, untuk mendapatkan hak pendidikan yang sama dengan anak-anak diseluruh dunia. Tentu saja dalam memberikan pelayanan, perawatan dan pendidikan ABK tidaklah semudah yang dibayangkan. Hal ini memerlukan keterlibatan, keluarga sebagai pusat pelayanan anak, guru, tenaga kependidikan dan professional. Bermula dari lingkungan keluarga, anak-anak berkebutuhan khusus tentu mendapatkan perhatian lebih. Pertanyaan kita, apakah keluarga cukup mampu berperan secara optimal dalam memenuhi kebutuhan ABK. Salah satu contoh kebutuhan khusus AUTIS. Sebelum masuk ke wilayah treatment diluar keluarga, ABK “jenis apapun” tentunya mengalami dampak psiko-sosial dan dampak pendidikan baik dampak negative maupun positif dari kekhususan ini, seperti :
DAMPAK SOSIAL
Dampak negative
Kelemahan pada factor psikologis, beberapa orangtua dari ABK ini mengalami ketidaknyamanan secara social baik dilingkup keluarga besar maupun dalam masyarakat, antara lain :
Ada rasa malu/tidak PD bila membawa anak mereka ke lingkungan keluarga besar atau masyarakat seperti dilingkungan tetangga, sering terjadi apabila ada pertemuan keluarga mereka memilih tidak tidak hadir. Sehingga dampaknya pada anak tidak membangun hubungan social dengan oranglain selain keluarga inti.
Merasa anak ABK memiliki kekurangan, sehingga tidak yakin lingkungan akan menerima anak ini, dampaknya pada anak tidak memiliki pengalaman berada dilingkungan yang berbeda (kurang stimulus social), semakin menghambat potensi anak untuk mengembangkan kemampuan interaksi sosial sesuai tahap perkembangannya. Walaupun kita tahu secara umum ABK mengalami kesulitan bersosialisasi. Dengan fakta ini akan lebih menghambat kemampuan interaksi sosialnya.
Orangtua merasa enggan untuk memasukkan anak ke sekolah karena beberapa pertimbangan : malu, keuangan yang minim karena mahalnya biaya pendidikan, minimnya pengetahuan dan pengalaman orangtua tentang sekolah inklusi, masih sedikit sekolah regular yang menerima ABK karena kendala operasinal.

Dampak positive
Anak berkebutuhan Khusus sama dengan anak-anak pada umumnya, mereka mendapatkan hak yang sama dalam layanan pendidikan. Dengan adanya anak-anak dengan ABK lahir ke dunia ini dampak positive adalah :
Membelajarkan manusia dewasa dan anak-anak bagaimana hidup berdampingan secara social dengan anak berkebutuhan khusus, membelajarkan keluarga bagaiamana memperlakukan ABK, membelajarkan guru, lingkungan masyarakat dalam berinteraksi social dan menerima ABK secara wajar. Belajar sikap-sikap social yang positif seperti : kasih sayang, menghargai, menolong, empati, berbagi, sehingga lingkungan yang kondusif ini akan sangat membantu perkembangan anak ABK, apapun jenisnya. Oleh karena itu kita harus membangun persepsi diseluruh dimensi yang terlibat dalam pendidikan, bahwa yang harus kita lakukan adalah mensosialisasikan pada masyarakat bahwa ABK merupakan sumber belajar nilai-nilai social positif yang amat sangat berarti dilingkungan.

DAMPAK PENDIDIKAN
Dampak negative
Operasional pendidikan ABK dengan biaya tinggi, berdampak pada keluarga yang tidak mampu sehingga tidak dapat menikmati layanan pendidikan yang layak dan tepat. Hanya orang-orang tertentu yang mendapatkan pelayanan pendidikan ABK ini, sementara aturan dan perundang-undangan memberikan hak pendidikan untuk setiap anak termasuk ABK.
Terlihat juga disini dampak aturan dan perundang-undangan tersebut terhadap layanan pendidikan ABK, jika belum ada solusi atau gambaran yang jelas tentang operasional pendidikan untuk sekolah-sekolah tentang penyelenggaraan pendidikan ABK atau disebut SEKOLAH INKLUSI. Tidak semua sekolah di Indonesia mampu menyelenggarakan operasional pendidikan sekolah Inklusi, sebab kita tahu banyak hal yang harus disiapkan untuk seperti : alat, media, perlengkapan, sarana prasarana, terapi dan tenaga professional untuk memberikan layanan pendidikan yang berkualitas.
Kurangnya sosialisasi tentang layanan pendidikan inklusi pada masyarakat, berdampak pada harapan orangtua ABK, agar anak mereka dapat sembuh setelah mendapatkan pendidikan dan memiliki kemampuan seperti anak-anak typical lainnya. Sehingga dampaknya adalah memaksakan anak ABK untuk mencapai target-target tertentu terutama secara akademik. Hal ini terlihat dari tuntutan orangtua murid ABK pada sekolah-sekolah regular atau sekolah inklusi. Banyak terjadi di lapangan, tuntutan orangtua yang berlebihan, misalnya di PAUD : “setelah anak saya selesai di kelompok A, saya mau dia bisa di kelompok B karena saya mau tahun depan umurnya 7 tahun anak saya sudah di sekolah dasar”. Kasus ini banyak sekali terjadi sehingga orangtua tidak lagi menyadari sebenarnya kebutuhan anak mereka. Tentu ini berdampak pada anak. Dampak pendidikan pada ABK tidak lagi mempertimbangkan perkembangan anak dan kebutuhan khusus mereka.

Dampak Positive
Dampak pada pendidikan dengan terlahirnya anak-anak berkebutuhan khusus, tentu memungkinkan lahir ide-ide baru, untuk pelaksanaan pembelajaran di sekolah-sekolah regular dan melahirkan sekolah inklusi. Sebab keadaan saat ini sudah menjadi sorotan tajam dalam dunia pendidikan. Misalnya munculnya alat, media, sumber belajar untuk memberikan treatment yang tepat pada ABK kebutuhannya. Seperti : alat permainan untuk terapi motorik anak autis.
Mau tidak mau, dampak positivenya akan melahirkan sekolah-sekolah inklusi mulai dari yang sangat sederhana atau regular sampai sekolah inklusi dengan program berkualitas dan biaya opeasional yang tinggi. Tentu dengan berkembangnya pengetahuan masyarakat tentang ABK dan sekolah inklusi, maka semakin meningkat pula minat masyarakat untuk memberikan layanan pendidikan ABK yang berkualitas untuk anak-anak mereka. Dengan demikian maka diharapkan pemerintah sebagai pembuat kebijakan dapat memfasilitasi sekolah-sekolah inklusi dengan pembekalan keilmuan pada guru, orangtua dan tenaga kependidikan yang nantinya diharapkan mampu memberdayakan ABK setelah mereka mendapatkan layanan pendidikan berkualitas. Pembekalan pengetahuan dan penyediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran ABK.

Guru dapat melakukan beragam cara untuk mengeleminasi dampak negative dan mempromosikan dampak positive. Dapat dilakukan dengan perubahan berorientasi keluarga, yaitu memandang keluarga sebagai pelaksana penting dalam upaya membantu anak, dan tenaga professional harus bekerja bersama keluarga serta memunculkan konsep tersebut dalam literature akademik. Hal ini merupakan pengakuan bahwa perlakuan dapat berdampak terhadap perkembangan dan kompetensi anak jika pengaruh pihak-pihak lain dalam lingkungan anak secara aktif berpartisipasi dalam upaya memanfaatkan dan mengembangkan keterampilan anak melalui aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan tersebut, antara lain :
Pemberdayaan (empowering)
Memberikan bantuan kepada keluarga bagaimana mengenali ABK melalui kegiatan pembekalan pengetahuan dan identifikasi awal anak melalui tes kesehatan terpadu dan kontiniu dengan kerjasama pihak-pihak terkait, seperti medis, terutama puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan yang mudah terjangkau oleh seluruh kalangan masyarakat, sehingga keluarga tidak lagi khawatir dengan kendala pembiayaan pada saat dilakukan intervensi fisik anak. Pihak-pihak terkait lainnya mungkin PLB, membekali dasar-dasar identifikasi ABK pada keluarga. Dengan pemberdayaan keluarga ini dapat mengembangkan sendiri, menentukan dengan rasa percaya diri dan kemampuan untuk bertindak dalam kehidupannya sendiri. Artinya kita benar-benar memberdayakan keluarga untuk mampu memberikan pelayanan dalam bentuk aktivitas dan rutinitas di lingkungan rumah.

Pemupukan (enabling)
Menciptakan kesempatan untuk keluarga mendapatkan sumber-sumber kekuatan sendiri, membangun sumber-sumber tersebut untuk dapat memenuhi kebutuhan anaknya. Ini dapat dilakukan dengan membuat kumpulan atau organisasi orangtua, guru dan professional. Memungkinkan organisasi ini merancang aktifitas social seperti : menggalang dana untuk penyediaan sarana dan prasarana terapi di sebuah sekolah, atau menyelenggarakan event untuk pembekalan untuk guru-guru seperti : seminar tentang ABK, pameran hasil karya anak dan talkshow penampilan bakat anak dan lain-lain. Hal diharapkan mampu memberi kepercayaan pada masyarakat bahwa keluarga dapat memenuhi kebutuhan anaknya dengan berbagai cara bermakna dan menghasilkan untuk kelangsungan layanan pendidikan pada anak-anak ABK.
Kemitraan (partisipasi)
Sudah pasti program ini kerjasama dengan berbagai pihak terkait (pemerintahan, professional, guru dan orangtua untuk membangun sikap positif terhadap bekerjasama secara aktif untuk meningkatkan hasil, bagi anak maupun keluarga, melebihi apa yang dapat di capai dalam bentuk perlakuan.

Berdasarkan uraian dari dampak yang muncul dengan lahirnya anak-anak kita yang special, akan semakin membangun motivasi kita secara psiko-sosial dan pendidikan. Ini semua sudah menjadi ketentuan Allah sang Kholiq, dengan segala kelebihan yang mereka miliki. Sebagai orang dewasa yang berada dilingkungan mereka, tentu menjadi fasilitator dan motivator untuk membangun dan mengembangkan potensi yang mereka miliki. Tidak ada satupun anak dilahirkan ke dunia tanpa memiliki potensi. Kepada semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama orangtua dan keluarga sebagai pendidik utama selayaknya berbangga hati, menggali dan menemukan potensi-potensi dan kekayaan yang dimiliki anak-anak manapun, termasuk ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Penerimaan dan treatment yang kita berikan pada semua anak-anak kita dengan segala kelebihan /fitrah yang dibawanya sejak lahir akan membantunya untuk berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Menggali potensi itu dengan berbagai stimulasi yang sesuai, misal : terapi dan memasukkan ke sekolah-sekolah regular atau sekolah inklusi, melayani dengan penuh cinta dan sabar, dan yang terpenting melayani dengan paham dan membantu anak-anak kita menjadi pribadi yang siap layan diri. Suatu hari anak-anak hidup pada zaman yang berbeda dengan kita, dan mungkin kita sudah tidak bisa mendampingi mereka lagi maka berbuatlah dari sekarang juga untuk anak-anak kita. Pentingnya kekuatan do’a dibalik semua usaha untuk itu. Sukses selalu untuk kita semua para pendidik.


sumber : klik

Permasalahan-Permasalahan Anak-Anak Berkebutuhan Khusus

·Proses Pengolahan Ilmu di otak Anak-Anak Berkebutuhan Khusus itu relatif kurang. Pada awal kehidupan Sel-Sel Otak mulanya sedikit, ketika usia 6 tahun, Sel-Sel Otak mulai bertahmbah, hingga akhirnya pada usia 14 tahun dapat berkembang lebih pesat. Anak-Anak Berkebutuhan Khusus hanya tertuju pada 1 pusat perhatian (topik menarik) dalam proses otak.

·Yang berinteligensi tinggi akan menghadapi kesulitan dalam pembelajaran normal, suka merasa bosan dan cenderung main-main sendiri. Sedangkan yang inteligensinya rendah akan kesulitan dalam memahami materi pembelajaran dan kerap membutuhkan banyak pengulangan dalam membahas suatu pembelajaran.

·Dalam perihal Interaksi Sosial Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kurang kontak mata, represif, sulit berinteraksi baik dengan teman-teman maupun para guru, tak bisa berempati, memahami maksud orang lain, interaksi, kesulitan menyampaikan keinginan, takut dan cenderung menghindari orang lain dan sulit memahami isyarat verbal-nonverbal.

·Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap kali kurang tangkas dan keseimbangan dalam perihal Gerak Motorik Kasar (Gross), sedangkan dalam Gerak Motorik Halus (Fine) Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap kurang terampil dan terkordinir dalam melaksanakan salah satu tugas.

·Dalam Gerakan Sensorik, Anak-Anak Berkebutuhan Khusus cenderung Hiporeaktif (cuek) dan Hiperaktif (enggan belajar), fokus hanya pada detail tertentu/sempit/tak menyeluruh, dan mempunyai perhatian yang obsesif. Anak-Anak Berkebutuhan Khusus juga mempunyai minat terbatas, tak patuh, monoton, tantrum, mengganggu, agresif, impulsif, stimulasi diri, takut-cemas, kerap menangis.

·Ketika belajar, Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap melakukan kesalahan sensory memory karena memori mereka hanya pendek sekali jaraknya, mudah lupa, fakta tersimpan tetapi tidak dalam 1 kerangka konteks yang terjadi. Anak-Anak Berkebutuhan Khusus sebenarnya bisa memberi respon terhadap sesuatu dalam pembelajaran, tetapi mereka sulit menghadapi situasi baru.

·Sulit meniru aksi orang lain, namun bisa meniru kata-kata tetapi tidak memahami.

-asi Anak-Anak Berkebutuhan Khusus mempunyai keterbatasan kemampuan komunikasi, gangguan bahasa verbal-nonverbal, kesulitan menyampaikan keinginan, dan penggunaan bahasa repetitif (pengulangan).

· -Anak-Anak Berkebutuhan Khusus mempunyai kelemahan dalam sequencing seperti kesulitan dalam menguruskan aktivitas, bisa mengurutkan tetapi sulit mengembangkan sehingga kurang kreatif, jika urutan aktivitas dirubah Anak-Anak Berkebutuhan Khusus dapat mengalami stress.

· -Gangguan Executive Function juga terdapat pada Anak-Anak Berkebutuhan Khusus
seperti kesulitan mempertahankan atensi, mudah terdistraksi, tidak bisa menyelesaikan tugas, dan kurang kontrol diri serta sulit bergaul.


sumber : klik

Pentingnya Pendidikan Seks Pada Anak Kebutuhan Khusus

Jakarta, Selama ini terapi yang diberikan pada anak-anak kebutuhan khusus seperti autis, sindrom Asperger dan lainnya sebatas terapi bicara dan okupasi agar si anak bisa berbicara, menulis, belajar dan bersosialisasi. Padahal pendidikan seks juga harus diajarkan pada anak kebutuhan khusus sejak dini.

"Pendidikan seks tidak selalu mengenai hubungan pasangan suami istri, tapi juga mencakup hal-hal lain seperti pemberian pemahaman tentang perkembangan fisik dan hormonal seorang anak serta memahami berbagai batasan sosial yang ada di masyarakat," ujar Dra Dini Oktaufik dari yayasan ISADD (Intervention Service for Autism and Developmental Delay) Indonesia dalam acara Tanya Jawab Seputar Autisme di Financial Hall Graha Niaga, Jakarta, Sabtu (3/4/2010).

Dini menambahkan hasrat seks merupakan suatu hal yang alamiah. Masa puber yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus terkadang datang lebih awal dari anak normal, tapi bisa juga datang lebih lama atau mengalami keterlambatan. Dalam hal ini anak akan mengalami perubahan hormonal dan juga perubahan fisik berbeda pada anak laki-laki dan perempuan.

"Pendidikan seks jarang sekali disinggung bila berbicara mengenai autisme, mungkin karena dianggap masih tabu. Padahal pendidikan seks yang baik dapat membantu mempersiapkan si anak menjadi individu dewasa yang mandiri," ujar Gayatri Pamoedji, SE, MHc pendiri dari MPATI (Masyarakat Peduli Autis Indonesia).

Jika pendidikan seks tidak diberikan sejak dini, maka nantinya bisa menjadi masalah baik dari sisi eksternal atau internal si anak, seperti mungkin saja anak jadi memiliki kebiasaan memegang kemaluan sendiri, suka menyentuh bagian privat orang lain, tidak siap menghadapi menstruasi, masturbasi atau mimpi basah yang dapat mempengaruhi emosinya dan juga tidak dapat menjaga kebersihan daerah kemaluannya.

"Karena itu pendidikan seks menjadi sangat penting dan sebaiknya sudah dimulai sejak anak berusia 3 tahun. Tapi tentu saja si anak juga harus diberikan pelatihan mengenai kepatuhan, pengertian mengenai pemahaman perubahan fisik dan hormonal yang terjadi serta mencermati perilaku seks," ujar Dini yang menjadi praktisi terapi perilaku.

Dini menambahkan dalam memberikan pendidikan seks pada anak sebaiknya anak mengenali bagian tubuh dirinya sendiri dan jangan pernah mengeksplor tubuh orang lain. Selain itu, orangtua harus waspada dalam memberikan pemahaman mengenai perubahan fisik yang terjadi. Sedangkan dalam memberikan pemahaman mengenai perubahan hormonal bisa melalui cerita yang mudah dimengerti, karena hormon tidak dapat terlihat secara visual.

"Dalam hal ini orangtua harus dengan sabar mengajarkan anak apa saja yang boleh dan tidak boleh dilihat saat sedang berbicara, anak memahami mana yang termasuk sentukah OK dan mana yang tidak serta anak diajari mengenai social circle, yaitu anak diberitahu siapa saja yang boleh mendapatkan peluk dan cium," ungkapnya.

Orangtua harus memiliki kesadaran bahwa masalah seksual kini semakin eksis, sehingga orangtua jangan hanya terpaku pada mind setting masyarakat mengenai pendidkan formal saja.

Anak dengan kebutuhan khusus juga memerlukan pendidikan mengenai seks, karena tanpa disadari mereka juga akan mengalami hal yang sama dengan anak normal lainnya. Sedangkan pada anak kebutuhan khusus terkadang memiliki kadar emosional yang tidak stabil, sehingga harus diajarkan secara bertahap.

"Pendidikan seks harus dimulai sejak dini, karena jika tidak dilakukan sejak awal maka ada kemungkinan anak akan mendapatkan banyak masalah seperti memiliki kebiasaan suka memegang alat kemaluan sebelum tidur, suka memegang payudara orang lain atau masalah lainnya," tambah Dini.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pendidikan mengenai seks pada anak kebutuhan khusus yaitu, orangtua lebih berperan dibandingkan dengan terapis, memberikan pendidikan berdasarkan tingkat pemahaman anak dan dengan kata-kata positif, membuat rekayasa suasana sebelum anak diekspos keluar, memiliki peraturan tersendiri, menggunakan kekuatan reward (hadiah) dan bukan kekuatan hukuman.

sumber : detikHealth

Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah meraka yang memerlukan penanganan khusus yang berkaitan dengan kekhususannya. Anak berkebutuhan khusus saat ini menjadi istilah baru bagi masyarakat kota Malang pada umumnya. Padahal jika kita memahami lebih dalam lagi maksud dari istilah anak-anak berkebutuhan khusus, istilah ini tidaklah terlalu asing. Di Indonesia istilah yang terlebih dahulu populer untuk mengacu pada anak berkebutuhan khusus adalah berkaitan dengan istilah anak luar biasa. Pada profesi psikologi klinis/kedokteran istilah yang populer adalah anak-anak dengan handaya perkembangan.

Hingga saat ini anak-anak berkebutuhan khusus yang mendapat perhatian yang cukup luas di masyarakat adalah mereka yang tergolong kedalam Pervasive Developmental Disorder atau Autism Spectrum Disorder.

  1. Autistic Disorder

Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

  1. Asperger Disorder

Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan anak autisme, yaitu memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan tingkah lakunya. Namun gangguan pada anak Asperger lebih ringan dibandingkan anak autisme dan sering disebut dengan istilah ”High-fuctioning autism”. Hal-hal yang paling membedakan antara anak Autisme dan Asperger adalah pada kemampuan bahasa bicaranya. Kemampuan bahasa bicara anak Asperger jauh lebih baik dibandingkan anak autisme. Intonasi bicara anak asperger cendrung monoton, ekspresi muka kurang hidup cendrung murung dan berbibicara hanya seputar pada minatnya saja. Bila anak autisme tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, anak asperger masih bisa dan memiliki kemauan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan anak asperger biasanya ada pada great rata-rata keatas. Memiliki minat yang sangat tinggi pada buku terutama yang bersifat ingatan/memori pada satu kategori. Misalnya menghafal klasifikasi hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama latin.

  1. Rett’s Disorder

Rett’s Disorder adalah jenis gangguan perkembangan yang masuk kategori ASD. Aspek perkembangan pada anak Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak menginjak usia 18 bulan yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa bicara secara tiba-tiba. Koordinasi motorinya semakin memburuk dan dibarengi dengan kemunduran dalam kemampuan sosialnya. Rett’s Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah perempuan.

  1. Childhood Disintegrative Disorder.

Yang membedakan anak Childhood Disintegrative Disorder (CCD) dengan anak autisme adalah bahwa umumnya anak CCD sempat berkembang secara normal sampai beberapa tahun termasuk kemampuan bahasa bicaranya. Biasanya anak-anak itu mengalami kemunduran setelah menginjak 2 tahun. Kemunduran kemampuan pada anak CDD bisa samapai pada kondisi anak dengan ganggaun autisme berat (low fuctioning autisme) dengan performa yang sama.

  1. Pervasive Development Disorder Not Otherwie Specified (PDD-NOS)

Anak dengan gangguan PDD-NOS performanya hampir sama dengan anak Autisme hanya saja kualitas gangguannya lebih ringan dan terkadang anak-anak ini masih bisa bertatap mata, ekspresi wajah tidak terlalu datar dan masih bisa diajak bercanda.

Anak-anak berkebutuhan khusus selain Pervasive Developmental Disorder atau Autism Spectrum Disorder :

  1. Child with developmental Impairement

Yang banyak dikenal di Indonesia sebagai anak tuna grahita (mental retardation). Secara umum anak dengan gangguan retardasi mental memiliki inteligensi di bawah rata-rata normal, tidak mampu berprilaku adaptif sesuai tugas-tugas perkembangan usianya. Secara performa fisik tanpak sekilas anak retardasi mental seperti anak normal. Kemampuan berkomunikasinyapun tidak mengalami gangguan.hanyak saja anak retardasi mental sulit mengembangkan topik pembicaraan kearah yang lebih lanjut dan kompleks.

  1. Child with specific learning disability

Anak berprestasi rendah yang lebih populer dengan istilah anak berkesulitan belajar. Mereka mempunyai kesulitan di bidang-bidang akademik, kognitif dan masalah-masalah emosi sosial. Oleh sebab itu kelainan-kelaian yang dialami lebih bersifat psikologis, yang berimbas pada gangguan kelancaran berbicara, berbahasa dan menulis. Anak-anak LD terlihat tidak berkemampuan sebagai pendengar yang baik, berfikir, berbicara, membaca dan menulis, mengeja huruf, dan perhitungan yang bersifat matematika. Tes hasil belajar di sekolah menunjukan angka rendah. Yang tergolong learning disabilitis adalah anak dengan ganguan persepsi, cedera otak/cerebal palsy, minimal brain dysfunction, dyslexia dan developmental aphasia.

  1. Child with emotional or behavioral disorder

Anak dengan ganguan perilaku menyimpang/emosional menunjukan masalah perilaku yang dapat terlihat dari ; selalu gagal/tidak dapat menjalin hubungan pribadi yang intim, berprilaku tidak pada tempatnya (sering mencari perhatian dengan cara-cara yang tidak logis), merasakan adanya depresi dan tidak bahagia (diri sendiri/bisa keluarga/lingkungan sosial) prestasi belajar menurun (memiliki masalah-masalah kesulitan belajar bukan disebabkan faktor intelektual, sensori atau kesehatan).

  1. Child who have attention deficit disorder with hyperactive (ADHD)

ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh karena mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain. Tidak dapat duduk diam di satu tempat selama ± 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang diberikan kepadanya. Rentang konsentrasinya sangat pendek, mudah bingung dan pikirannya selalu kacau, sering mengabaikan perintah atau arahan, sering tidak berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah. Sering mengalami kesulitan mengeja atau menirukan ejaan huruf.

  1. Down Syndrom

Anak down syndraom sangat mudah dikenali lewat bentuk wajahnya (seperti orang mongol). Tapi beberapa diantaranya tidak memperlihatkan bentuk muka down syndrom (layaknya anak normal). Mereka biasanya sangat pendiam, sering bermasalah dengan koordinasi otot-otot mulut tangan dan kaki sehingga sering mengalami terlambat berbicara dan berjalan. Kemampuan inteligensinya dibawah rata-rata normal menyebabkan mereka sulit mengikuti tugas-tugas perkembangan anak normal, baik dalam aspek akademis, emosi dan bersosialisasi. Tak jarang behavioralnya juga memperlihatkan perilaku yang tidak adaptif (sering mencari perhatian yang berlebihan, memperihatkan sikap keras kepala yang berlebihan (shut off/berlagak seperti patung) dan kekanak-kanakan.

  1. Child with communication disorder and deafness

Lebih popular dengan istilah tunarungu/wicara adalah mereka yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar sebahagian atau keseluruhan, akibat tidak berfungsinya indra pendengaran sebagaian/keseluruhan.

  1. Child with partially seeing and legally blind

Anak tunagrahita dikategorikan sebagai anak-anak yang memiliki indra ke-enam. Hal ini mengacu kepada kemampuan inteligensi yang cukup baik, daya ingat yang kuat, kemampuan taktil yang tinggi berupa kemampuan merasakan objek melalui ujung jari-jemarinya sebagai pengganti indra penglihatannya. Anak tunagrahita mempresepsikan dunia dengan menggunakan indra sensoriknya, sehingga mereka membutuhkan latihan dalam waktu yang lama untuk menguasai dunia persepsi. Dalam melakukan interaksi sosial umumnya dilakukan dengan cara menyentuh dan mendengar objeknya, sehingga kurang menarik bagi lawan bicaranya.

  1. Child with Giftednees and Special talent

Anak berbakat memiliki cirri-ciri :

  1. Memiliki skor IQ 140 atau lebih diukur dengan instrument Stanford Binet (general intellectual ability).

  2. Mempunyai problem solving, kreatifitas tinggi dan produktif.

  3. Memiliki keunggulan dibidang akademik/seni/sastra/verbal/etetika/sport/sosial.

  4. Memiliki kemampuan intuisi yang kuat, terkadang mampu mempredisi sesuatu yang bersifat futuristik yang mungkin beberapa waktu (tahun/abad) baru diketahui orang normal.

  5. Memiliki kemampuan kepemimpinan yang teliti dan visioner.


sumber : klik

Anak Yang Memerlukan Kebutuhan Khusus

Tunanetra

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)
[sunting] Tunarungu

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:

1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),
2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),
3. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),
4. Gangguan pendengaran berat(71-90dB),
5. Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB).

Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
[sunting] Tunagrahita

Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.

1. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70),
2. Tunagrahita sedang (IQ : 36-51),
3. Tunagrahita berat (IQ : 20-35),
4. Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).

Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.
[sunting] Tunadaksa

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
[sunting] Tunalaras

Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
[sunting] Kesulitan belajar

Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.

Pengertian Anak Berkebutuhan khusus

Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.

About this blog

Curhatan, Berita, Fenomena, Olahraga, dan lainnya Insya Allah akan ada di sini...
thanks for your visit at this blog dan follow saya juga di sini :)

About Me

My photo
just simple and keep simply

Followers